Minggu, Agustus 26, 2012

Satria Jawa

Tuntas sudah saya membaca Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Sebuah karya sastra yang bisa-bisanya diciptakan saat sang maestro berada di dalam bui diasingkan di Pulau Buru, Kepulauan Maluku. Semakin ditekan, sepertinya, beliau semakin menggelora menulis. Ya, Pram melawan zaman lewat torehan penanya. Buah pemikirannya yang menggabungkan nilai luhur jati diri bangsa dengan pentingnya ilmu logika adalah sangat visioner dan sungguh memukau.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengutip kalimat-kalimat beliau dan membaginya kepada para pembaca mengenai Satria Jawa. Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Satria Jawa: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga.

1. Wisma
Tanpa rumah, orang tak mungkin satria. Orang hanya gelandangan. Rumah adalah tempat seorang satria bertolak, tempat dia kembali. Rumah bukan sekedar alamat, dia tempat kepercayaan sesama pada yang meninggali.

2. Wanita
Tanpa wanita, satria menyalahi kodrat sebagai lelaki. Wanita adalah lambang kehidupan dan penghidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan. Dia bukan sekedar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berputar dan berasal. Seperti kau pandang ibumu yang sudah tua, dan berdasarkan itu pula anak-anakmu yang perempuan nanti harus kau persiapkan.

3. Turangga
Kuda, dia alat yang dapat membawa kau ke mana-mana: ilmu, pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebisaan, keahlian, dan akhirnya kemajuan. Tanpa turangga, takkan jauh langkahmu, pendek penglihatanmu.

4. Kukila
Burung, lambang keindahan, kelangenan (hobi), segala yang tak punya hubungan dengan penghidupan, hanya dengan kepuasan batin pribadi. Tanpa itu, orang hanya sebongkah batu tanpa semangat.

5. Curiga
Keris, lambang kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan, alat untuk mempertahankan yang empat sebelumnya. Tanpa keris, yang empat akan bubar binasa bila mendapat gangguan.

Bumi Manusia, halaman 464-465

Tidak ada komentar: