Minggu, Januari 23, 2011

Songbird

Your voice is just so tender.
Anyone who tried to deny you must be out of their mind.
Cause I'm the one that loves you lately.
Oh you're seem so wonderful to me.

Tidaklah mawar hampiri kumbang.
Jika memang adanya, aku dan kamu, kita bahagia.
Hingga pagi pun mau bila oh denganmu karena ku selalu senang bersamamu.
Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu.

I need to know what's on your mind so I'll let you know what's on my mind.
You're the one, you're my inspiration.
My hands are shaking from carrying you this torch for you.
Cause you give me something that make me scared alright.

Biding my time, trying to find a heart that's lonely.
So come and spend some time with me.
Tell me I'm special even when I know I'm not.
I need you more than ever.

Smile like you mean it.
Tanpa buat kata, kau curi hatiku.
And I'll find her, cause it's about time.
But life is for living we all know and I don't wanna live it alone.

Big girl, you are beautiful.
Could you smile a little smile for me?
I love you anyway no matter how things have gone.
My love is so articulate but I'm such a mess.

Your skin, oh yeah, your skin and bones turn into something beautiful.
Aku sedang mencari sesuatu di balik matamu yang mampu membuatku terpesona.
My heart is drenched in wine but you'll be on my mind forever.
Your hypnotic compassion always grabs my attention.

If you don't know then you can't care.
My cold hands needed a warm, a warm touch, and I was thinking about you.
Relax your back and let the noise sing you to sleep in my arms.
Desperately need you.
Knowing that love is to share.

Because it takes to two whisper quietly.
Would it be alright if we just sat and talked for a little while?
Tell me things even you never even tell your closest friends.
And I'm ready to make someone mine.
Do you wish we'd fall in love?

#

Untuk Dia

Rabu, Januari 19, 2011

Warung Bandrek

Warung Bandrek atau biasa disingkat menjadi Warban adalah trek favorit untuk bersepeda di Bandung. Jaraknya relatif tidak jauh (atau jauh?) dari Dago. Menuju Warban berarti tanjakan. Belok kiri sehabis melewati Alfa Mart Dago atas sana maka kita sudah bukan berada di jalan utama lagi.

Ikuti jalannya maka kau akan bertemu dengan tempat isitirahat pertama di sebelah kiri, Warung Bacang namanya. Biasanya, pesepeda yang sudah kuat langsung hajar tanpa beristirahat terlebih dahulu di Warung Bacang. Lanjut! Ambil jalan yang ke kanan. Terus ikuti jalannya!

Tanjakan.

Sekarang kita mulai disuguhi dengan keasrian alam Bandung. Udara segar di pagi hari ditambah dengan warna hijau di kanan-kiri merupakan kombinasi yang sangat memikat hati. Kita pun mulai bisa melihat Bandung dari ketinggian, semakin ke atas, semakin bagus. Beginilah kira-kira medan yang harus dilalui:

Oh, kelupaan! Gue gak sendirian melewati ini semua. Perkenalkan partner aing. Dia ganteng dan juga cantik. Silpy! Sudah berapa bulan ya gue jadian sama Silpy? Dia putih, tinggi, dan langsing. Akan tetapi yang terpenting adalah dia mau menerima gue apa adanya.

Gue jadi ingat sebuah kuotasi di film Jomblo. Gak bakal ada dua orang yang cocok banget, tetep harus saling mengerti, saling menerima, dan saling menghormati. Oke, makin ngaco aja tulisan ini. Haha.

Ini adalah gambar kokpit sepeda aing:

Singkat cerita, setelah penuh perjungan menanjak, sebentar lagi kita akan sampai di Warban.
Saat foto di atas diambil, cuacanya sangat dingin dan berkabut tapi sangat sedap untuk dihirup. Enaknya, setelah mencapai puncak tanjakan, jalanannya menurun menuju Warban jadi benar-benar melegakan jiwa dan raga.

BAM!

Sampailah kita di Warban! Yuk kita parkir sepeda dulu. Parkiran sepedanya sangat unik. Parkiran sepeda ini berupa bambu yang dibentangkan lalu diberi perletakan di kedua ujungnya. Taruh sadel di atas bambu maka sepeda akan tertata dengan rapi.

Ada apa aja sih Warban?
Pesepeda disuguhi dengan berbagai macam makanan dan minuman. Pisang, pisang rebus, telur rebus, bakwan, tahu, lontong, dan lain-lain. Teh, jus jambu, jus mangga, jus alpukat, dan tentu saja BANDREK!

Ini nih si Ibu yang bakal melayani kita. Orangnya baik dan ramah loh.
Wah nikmat banget deh menyantap jajanan sambil menyeruput bandrek bersama teman-teman sambil duduk santai. Kalau pergi nanjak, maka pulang berarti... TURUN!

Heaven yeah, this is the best part of all!
You gotta feel it but be careful, it's addictive!

Think of bicycles as rideable art that can just about save the world.
-Grant Petersen

Jumat, Januari 07, 2011

Seputar Sepeda

"Sepeda itu berasal dari bahasa Jawa loh!", ungkap Iswartono bersemangat. Bahasa Inggris sepeda adalah 'bicycle' dan itu diyakini diambil dari bahasa Jawa yakni 'obahe sikil' yang artinya kayuhan kaki.

Itu hanya guyonan seorang onthelis asal Solo.

Mari berbicara sedikit tentang sejarah sepeda. Sebenarnya sulit untuk mencari sejarawan yang mengetahui pasti tentang asal-usul sepeda di muka bumi. Berikut adalah salah satu sumber menurut Mick Hamer di majalah New Scientist pada tahun 2005. Percaya tidak percaya, Indonesia adalah negara yang memiliki kontribusi besar dalam kelahiran sepeda di dunia.

Oh, benarkah?

5 April 1815 dia mulai bergejolak. Siapa dia? Sebuah gunung yang berada di Pulau Sumbawa, Indonesia. Dialah Gunung Tambora. Seminggu kemudian dia memuntahkan apa saja yang ada di dalam perutnya hingga bulan Juli. Ini adalah erupsi terbesar sepanjang sejarah, menewaskan lebih dari 92000 orang dan membuat langit menjadi penuh abu. Selain itu, letusannya memicu pemanasan global, suhu di bumi naik sebesar 3 derajat Celcius.

Lalu apa hubungannya dengan sepeda, Gan?

Tahun 1816 di Eropa disebut sebagai tahun tanpa musim panas. Salju terus turun dan langit terus menunjukkan warna kelabu sehingga menyebabkan gagal panen massal. Kuda adalah transportasi darat pada masa itu. Kasihan, para kuda disembelih karena manusia tidak punya cadangan makanan lagi. Karl Drais, seorang Jerman berusia 34 tahun membuat sebuah alat yang bernama draisine. Draisine terbuat dari kayu dan tidak berpedal. Cara mengendarainya adalah dengan menjejakkan kaki ke tanah agar draisine meluncur. Tahun 1818 draisine dipatenkan sebagai sepeda pertama.

Hormatilah sepeda karena ia adalah nenek moyang dari segala jenis kendaraan darat.

Sepeda adalah moda transportasi yang merakyat. Selain harganya yang terjangkau, pergerakannya yang lambat membuatnya lebih manusiawi. Interaksi dan komunikasi antara pengendara sepeda dengan orang-orang di sekitarnya sangat mungkin terjadi. Berbeda dengan kendaraan bermotor seperti mobil atau sepeda motor di mana interaksi ini hampir tidak mungkin terjadi selama berkendara.

Di Jombang, polisi bersepeda sudah tidak asing. Mereka berpatroli dengan menggunakan sepeda. Melintasi pasar, terminal, hingga pertokoan. "Harus ada sesi ngomong-ngomong dong dengan warga. Ini tujuannya, selain pelayanan masyarakat juga pendekatan," ucap seorang perwira polisi kepada wartawan Kompas.

Di Yogyakarta, ada semboyan segosegawe. Sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe yang artinya bersepedalah ke sekolah dan tempat kerja. Di Pekalongan lebih hebat lagi, sepeda jengki asal Jepang sudah menjamur di masyarakat. Sepeda itu sangat khas dengan keranjang yang ada di depan. Tua, muda, pria, dan wanita menggunakan sepeda sebagai moda transportasi.

Bersepeda bukan hanya sekedar teknik mengayuh pedal, tetapi juga menyeimbangkan irama emosi dan pikiran.

Lihat! Bung Karno saja bersepeda! Beliau membonceng Ibu Fatmawati! Alangkah romantis!
27 Agustus 2005 adalah tanggal berdirinya komunitas sosial Bike To Work. Berbagai alasan orang bersepeda, mulai dari penghematan dari segi ekonomi, menyehatkan raga, hingga pemikiran idealis untuk mengerem laju pemanasan global.

Sejak saat itu hari pengharaman kendaraan bermotor (baca = car free day) mulai digencarkan di beberapa kota di Indonesia. Betapa masyarakat merindukan jalanan yang lebih manusiawi dan sepedawi, jalanan yang bebas dari hiruk-pikuk klakson dan yang tidak pengap karena emisi gas buang kendaraan bermotor.

Ada orang yang bersepeda untuk hidup. Tengah malam dia bangun untuk mengangkut sayuran dari rumah dan tiba di Pasar Palmerah pukul dua dini hari. Ada juga yang bersepeda untuk menikmati lukisan Tuhan, menjelajah alam dan isinya dengan sepeda.

Bersepeda bukan sekedar berolahraga, tetapi juga upaya mengendalikan diri dan emosi, serta menyeimbangkan otak dan otot.

Kalau Selandia Baru terkenal dengan populasi domba yang melebihi penduduk, maka Belanda terkenal dengan populasi sepeda yang melebihi penduduk. Jika dibandingkan, maka setiap orang di Belanda memiliki 1,1 sepeda.

Di Belanda, 41% orang bersepeda di bawah 2,5 km tiap harinya. Di Indonesia, banyak orang yang bersepeda hingga 20 km tiap harinya untuk menuju tempat kerja atau tempat mengais rejeki. Ini gila sebenarnya. Belanda yang sudah sangat memanjakan pesepeda dibandingkan dengan Indonesia yang masih miskin dengan prasarana untuk moda transportasi sepeda.

Pemerintah dan masyarakat Eropa sadar kalau mobil sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk mobilitas warga. Kebijakan prosepeda benar-benar digodok, mulai dari jalur, parkir, hingga integrasi moda sepeda dengan moda transportasi lain, kereta api misalnya.

Bagaimana di Indonesia?

Mirisnya, pemerintah seolah-olah tutup mata tentang kebijakan prosepeda. Pemerintah sudah terbuai dengan maraknya kendaraan bermotor yang memang menghasilkan keuntungan buat mereka. Aku berharap akan ada kebijakan radikal prosepeda. Buka matamu, Kawan!

Hidup ini seperti naik sepeda. Untuk mempertahankan keseimbangan, kamu harus tetap bergerak.

Sumber: Jelajah Sepeda Kompas, Melihat Indonesia Dari Sepeda

Rabu, Januari 05, 2011

Garuda (tetap) di dadaku!

Selamat datang! Selamat datang di Stadion Utama Gelora Bung Karno!
Masih seputar final AFF, kalau tulisan sebelum ini membahas jerih payah kami memperoleh tiket final, tulisan sekarang menggambarkan kondisi stadion saat pertandingan final di kandang Garuda!

Bisa dilihat, warna merah sangat dominan, tidak ada tempat untuk si biru atau kuning. Sudah sepatutnya Harimau Malaya menjadi ciut karena sorak-sorai pendukung Garuda.

Menurutku, momen paling mengharukan adalah saat kami, ya kami, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia: Indonesia Raya. Aku menggenggam erat Garuda yang ada di dada sebelah kiri dengan tangan kanan. Terlepas dari suaraku yang amburadul, aku berteriak tanpa mempedulikan seraknya tenggorokan, demi menyanyikan Indonesia Raya! Aku bernyanyi Indonesia Raya hingga paru-paruku menyerah!

Bayangkan, puluhan ribu orang dari berbagai macam umur, agama, dan suku melafaskan satu nada, Indonesia Raya! Aku gemetar!

Unexplainable! Dude, you gotta FEEL that!

Garuda menang di kandangnya, tetapi tidak berhasil menyabet juara AFF. Sungguh malang.

Garuda (tetap) di dadaku!