Sabtu, Mei 07, 2011

Jodi Firmansjah

SI-3211 Analisis Struktur II

Bagiku, sulit rasanya memahami kuliah struktur. Gaya dan momen terlihat tidak nyata dan tidak mau singgah di otak ini walau sebentar. Letih rasanya bergelut dengan pelajaran mekanika dan struktur.

Ah, peduli setan.

Kuliah Analisis Struktur II berisi bagaimana kita menganalisis suatu struktur dengan menggunakan metode matriks. Oleh karena itu, kuliah ini sering disebut 'anstrik' oleh para mahasiswa. Dalam kuliah ini, aku diajar oleh dosen yang bernama Jodi Firmansjah, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi di ketekniksipilan Indonesia, bahkan dunia.

Beliau selalu datang dengan Jaguar miliknya. Apapun yang Pak Jodi punya pasti terlihat elegan. Bahkan alas tetikus miliknya terlihat mahal. Haha.

Gawatnya, kuliah diadakan setiap hari Senin dan Selasa pukul tujuh pagi. Pak Jodi menetapkan toleransi telat 10 menit, lebih dari itu maka mahasiswa tidak boleh masuk. Oh, hebatnya semester ini. Aku selalu berusaha memerhatikan kuliah namun tetap saja aku tidak terlalu mengerti. UTS pun datang dan semua kacau balau. Entah apa yang ada di pikiran Pak Jodi, beliau menetapkan tidak ada UAS namun para mahasiswa dalam kelompok harus membuat atau memodifikasi program dengan Matlab lalu mempresentasikannya di depan kelas.

Singkat cerita, semua kelompok sudah mempresentasikan program dan tibalah akhir kuliah bersama Pak Jodi. Bagiku, saat itu sangat menyentuh. Aku bergeming sesaat selepas kuliah terakhir itu.

Otakku ini berusaha semakin global dalam berpikir. Aku kuliah dibiayai oleh orang tua. Uang kedua orang tuaku. Aku kuliah disubsidi oleh rakyat. Uang rakyat Indonesia. Aku kuliah diajar oleh dosen yang sangat mahir di bidangnya. Jasanya tak ternilai. Bahkan ada gosip kalau Pak Jodi tidak mau dibayar oleh ITB.

Seorang Jodi Firmansjah yang aku yakin saldo tabungannya bermilyar-milyar bahkan trilyun, rela menyempatkan dirinya untuk mengajar mahasiswa ITB. Proyek yang dikerjakan Pak Jodi sangat banyak dan bernilai sangat besar namun jika beliau egois, bisa saja rantai transfer ilmu dan nilai itu diputus.

Mahasiswa! Masihkah kita menyia-nyiakan perjuangan orang tua, rakyat Indonesia, dan orang tanpa pamrih seperti dosenku ini?

Luar biasa

"It's fun being around you. Pesan saya selaku senior, orang yang lebih tua, lakukan apa yang Anda suka dan be the best di bidang itu. Dulu setelah saya beres kuliah di Amerika, saya diminta Pak Habibie untuk mendesain Jembatan Barelang di Batam. Pak Habibie hanya tidur 4 jam setiap harinya dan beliau sehat-sehat saja. Maksud saya, biasakan tubuh ini untuk belajar dan membaca setiap harinya", ucap Pak Jodi.

Terenyuh

Lantas aku berpikir. Nanti apa yang bisa seorang Gandrie lakukan untuk dunia ini? Apa yang bisa kulakukan untuk Islam, untuk Indonesia, dan untuk keluarga? Aku merasa bobrok. Aku tidak punya sesuatu yang 'gue banget'. Kaliber milikku masih teramat kecil untuk melakukan sesuatu yang besar.

"Be the best di bidangmu", ucap Pak Jodi. Kalimat itu yang akan selalu aku ingat. Namun, sialnya, apa itu bidangku? Pertanyaan yang aku belum tahu jawabannya. Sejujurnya, selepas lulus dari teknik sipil ITB pun aku masih belum tahu mau ke mana.

Hal yang tersulit dalam hidup ini adalah menemukan jati dirimu sendiri.
Musuh terbesar dalam hidup ini adalah dirimu sendiri, hawa nafsumu sendiri.

Be the best di bidangmu. Apa bidangku?