Selasa, Juni 28, 2011

Protection Frame

Aku pergi ke Handil (sekitar 2 jam dari Balikpapan) untuk menjalankan sebuah misi dari Bos Mentor: Mengevaluasi instalasi protection frame. Singkat cerita, protection frame adalah sebuah modul tambahan yang dipasang untuk melindungi sumur baru dari tumbukan kapal. Ada beberapa masalah saat pemasangan modul ini dan itulah bahan evaluasi.
Berdiskusi dengan narasumber dan survey langsung ke lokasi (yard dan lepas pantai) sudah dilakukan sebagai input data. Setelah itu, laporan dibuat dan dikirim lewat surat elektronik untuk diperiksa oleh Bos Mentor.

"Kuy,

Nice try tapi masih belum keliatan engineernya. Baru 2 halaman yang diliat sudah 5 major comment. Kesimpulannya, “ternyata kerja jadi engineer itu susah”. Not good enough, harusnya kalian bisa nangkep typical komentar saya untuk halaman-halaman berikutnya. Tolong tunjukkan kemampuan teknis anak ITB. “NO Prove, NO Respect”. Pelajaran awal untuk kalian dalam dunia profesional. Selama kalian belum bisa mendeliver report seperti bagaimana seharusnya engineer berpikir, kalian masih harus belajar sendiri di Handil.

Thanks"


Bos Mentor adalah sipil ITB angkatan '99. Dia juga ketua kaderisasi pada tahun 2001. Untuk ukuran pembimbing KP, beliau sangat peduli dengan anak-anak OJT (On the Job Training). Keras memang tanggapan dari beliau tapi itu justru adalah cambuk semangat.

Life's hard and must go on.

Sabtu, Juni 25, 2011

Angkot dan Bayi

Senin, 13 Juni 2011

Pagi itu biasa saja di Balikpapan. Empat orang yang sudah mandi dan berpakaian rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Aku, Ari (Sipil '08), Andrew (Mesin '08), dan Ganies (Tekim '08). Dari kosan ke kantor hanya sekali naik angkot. Kami berjalan ke jalan raya untuk memberhentikan angkot.

Angkot pertama datang dan hanya muat untuk dua orang lagi. Ari dan Ganies yang naik. Aku dan Andrew harus menunggu angkot berikutnya. Tak sampai lima menit, angkot pun tiba. Sebagai informasi, angkot di Balikpapan tidak seperti angkot di Jakarta atau Bandung. Konfigurasi tempat duduknya tidak menyamping melainkan ke depan seperti travel Cipaganti. Jalan lah angkot yang kunaiki itu.

Beberapa saat kemudian, angkot ke pinggir untuk menaikkan penumpang. Di sini segala keanehan hari bermula. Dua orang yang naik, laki-laki dan perempuan berumur sekitar 30-an. Sebut saja mereka dengan inisial 'L' dan 'P' di blog ini. L menggendong P masuk ke dalam angkot. Mereka duduk di paling belakang. Aku berpikir kalau P sedang sakit. Dugaanku benar, "Klinik dekat Kebon Sayur, Pak. Agak cepat ya", ucap L ke supir angkot. Kebon Sayur adalah nama daerah di Balikpapan, jaraknya lumayan jauh dari tempat L dan P naik angkot.

Tiba-tiba terdengar suara 'DERRR'. P selonjoran di belakang angkot. P mulai mendesah. "Percepat, Pak, Sudah mau keluar", tegas L. Wah, P mau melahirkan lah. Aku tidak menyangka pasalnya, sepenglihatanku, perut P datar dan tidak menunjukkan kalau dia sedang hamil. L ternyata siaga (siap, antar, jaga). L sudah membawa sarung, kain, dan lain-lain. Andrew duduk tepat di samping selonjoran kaki P. Andrew diminta memasangkan sarung ke P. Aku yang duduk di samping Andrew hanya bisa menunjukkan rasa panik dengan diam, melotot, dan tangan kanan menutup mulut.

Kebon Sayur terlalu jauh, akhirnya diputuskan angkot melaju ke rumah sakit terdekat, RS Bhayangkara. Tanpa ragu-ragu, supir angkut menekan tuas gas lebih dalam. Untungnya, ada seorang perempuan lain di belakang. Dia membantu proses persalinan. Tak lama kemudian terdengar suara 'OEEKKK'.

Anak manusia itu lahir di dalam angkutan kota.

Aku tak melihat proses bayi itu keluar dari rahim sang ibu tapi, yang jelas, aku melihat bayi itu ketika dia sudah berada di luar (lantai angkot). Menurutku, bayinya cukup besar dan masih kemerah-merahan. Sesampainya di RS Bhayangkara, suster datang mengangkat bayi dan memotong tali pusar. Bayi itu dibawa masuk ke dalam rumah sakit, begitu pula dengan P dan L. Katanya bayi itu berjenis kelamin laki-laki. Akan tetapi masalah belum selesai. Lantai angkot dipenuhi dengan darah merah yang kental. Pak supir menyiramnya ke luar dengan botol air mineral.

Angkot kembali beroperasi sesuai dengan rute yang seharusnya. Sampai lah kami di depan kantor. Aku dan Andrew hanya bisa cengar-cengir.

Pagi yang menakjubkan! Wild Borneo!

No picture = Hoax? Potong lidahku jika aku berdusta.
Nantikan kisah Borneo selanjutnya!

Jumat, Juni 24, 2011

Cecoretan

Sigh, entah 'cecoretan' adalah kata yang baku atau tidak.

Kapanpun kita berusaha membuktikan diri bahwa kita punya kualitas tertentu, artinya kita belum memiliki kualitas tersebut. Itu kata Osho (via Reza Gunawan).

Mungkin kelebihan kita adalah kekurangan orang lain, bisa juga sebaliknya, kelebihan orang lain adalah kekurangan kita. Di mana poin saling menghargai jika kita selalu merasa yang paling hebat? Enek sekali rasanya ketika ada orang yang berpendapat bahwa seleranya yang paling baik.

Tidak usah dulu lah berkoar-koar bagaimana seharusnya negara, apalagi dunia, jika belum bisa menjaga tingkah laku diri sendiri. Aku ingat sekali pesan Aa Gym dulu. Sampai-sampai waktu SMP, saat aku menjadi ketua kelas, aku memasangnya besar-besar di dalam kelas. Ada yang ingat 3M?

Mulai dari diri sendiri.
Mulai dari yang kecil.
Mulai dari sekarang.

Orang pintar bisa gagal, orang hebat bisa jatuh, tapi orang yang mengandalkan kerendahan hati dalam segala hal akan selalu mendapatkan kemuliaan.