Selasa, September 14, 2010

Bukan Silaturahim

Ratusan orang 'bertamu' dalam acara Open House SBY di Istana Negara pada tanggal 10 September 2010. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, mereka juga melakukan hal yang sama di hari lebaran. 'Bertamu' ke tempat orang nomor satu di Indonesia, Presiden SBY. Antusiasme mereka begitu besar, begitu ingin melihat wajah SBY dan menjabat tangannya.

Usut punya usut, aku meragukan antusiasme mereka. Antusiasme mereka tidak tulus. Ternyata ada materi di balik itu semua. Selepas dari Istana Negara, mereka mendapatkan sebuah amplop yang berisikan uang sejumlah seratus ribu rupiah. Mereka rela berdesak-desakkan, bahkan bersama anaknya, demi sebuah amplop itu, bukan ketulusan menjumpai Bapak SBY.

Joni yang seorang tunanetra sudah terbiasa setiap tahunnya 'bertamu' menemui SBY. Saat itu sangat padat dan Joni memutuskan untuk mundur karena ia kelelahan. Akan tetapi malang menimpa Joni pada hari itu. Mungkin karena terdesak oleh banyak orang, Joni jatuh di antara keramaian. Jatuh, Joni tidak ditolong melainkan terinjak-injak oleh orang lain yang ingin 'bertamu' juga.

Joni diberikan pertolongan berupa bantuan pernapasan oleh petugas medis selama 10 menit. Sungguh malang, Joni tidak terselamatkan. Beritanya langsung menyebar ke penjuru nasional, mungkin internasional juga.

Miris.

Di sini ada dua pihak. Tuan rumah dan tamu. Menurutku, tidak seharusnya tuan rumah mengajarkan demikian, silaturahim hanyalah sekedar alibi. Mental minta-minta harus dihilangkan, bukan dikembangkan dan dibiasakan setiap tahunnya. Mental kerja keras lah yang harus digodok di Indonesia.

Pemikiran simpel. Pemikiran seorang mahasiswa kolot.

Silahkan Open House atau apapun itu namanya tapi jangan pernah mengiming-imingi rakyat dengan sebuah amplop berisi uang. Jaga pengertian silaturahim. Kalaupun tidak ada korban jiwa, aku merasa miris. Lebih miris lagi rasanya mendengar dan melihat adanya korban jiwa, Pak. Miris. Menurutku seperti itu, Pak.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan esensi dari silaturahim itu tetap ada.

Sumber 1
Sumber 2

Tidak ada komentar: