Minggu, Oktober 25, 2009

Berjuang sampai mampus

Minggu kemarin adalah minggu UTS. UTS tingkat dua di Sipil dihabiskan dalam waktu satu minggu. Berbeda dengan TPB yang tiap minggunya hanya satu buah UTS. Bukan hanya itu, UTS kali ini ada yang bersifat buka buku, tergantung dosen.

Minggu kemarin benar-benar minggu perjuangan. Saya banyak menghabiskan waktu di kontrakan Tarnus, kamar Faza tepatnya. Tempatnya tidak jauh dari kosan saya. Saya hanya perlu berjalan kaki kira-kira 2 menit untuk sampai sana. Saya, Faza, Ghazi, Azlan, dan Manu selalu belajar di sana. Belajar sampai tepar, sampai mampus.

Faza dengan spontanitasnya, Ghazi dengan intelektualitasnya, Azlan dengan keodongannya, dan Manu dengan kekritisannya. Ya, Ghazi selalu memberikan khotbah materi kuliah di sana dengan lugunya, hahaha. Memang, waktu kami tidak hanya diisi dengan belajar. Di kala penat kami ngobrol-ngobrol, menyingkir sejenak dari materi kuliah. Mulai dari ngobrolin cewe sampai ngobrolin kaderisasi Sipil yang kunjung belum mulai. Maklum laah cowooo.

Kami sering belajar hingga tengah malam, hingga pagi kami jumpai lagi, bahkan begadang. Senjata kami ada dua: "Ngedeng" (Kratingdaeng) dan kopi. Dua minuman itu yang membuat kami selalu terjaga. Atau sugesti saja? Hahahaha. Biarlah.

Apa hasil dari belajar sampai mampus ini? Kami merasa bisa dengan UTS tetapi tidak yakin! Itu yang kami rasakan. UTS yang benar-benar kami bisa dan yakin adalah surveying, hahaha. Yang lainnya entah bagaimana. Satu hal yang saya ingin tekankan, saya tidak merasa rugi dengan belajar bareng sampai mampus, banyak hal menarik yang terjadi.

Saya rasa cukup sampai di sini. Let Allah handle the rest. Berapapun nilai UTS kami nanti, kami akan tetap berjuang.

Berjuang sampai mampus.

Kamis, Oktober 15, 2009

Apakah saya sudah...

Apakah saya sudah dewasa secara perilaku?
Saya rasa belum.

Apakah saya sudah bisa mengambil keputusan dengan baik?
Saya rasa belum.

Apakah saya sudah bisa mengerti apa yang orang lain rasakan?
Saya rasa belum.

Benahi dirimu, Gan...
Benahi...