Minggu, Januari 05, 2014

Pak Bisman dan Sukses

Ada beberapa hal yang tertanam dan mengakar dengan kuat dari semua ritme kejadian yang manusia lalui dalam fase hidupnya. Syukur-syukur hal tersebut adalah petuah yang arif dan bijaksana tapi bisa juga kejadian buruk yang justru membuat trauma. Dalam tulisan ini, penulis ingin berbagi satu hal yang entah mengapa tidak bisa pudar dalam benaknya. Sedikit normatif, tetapi layak untuk direnungkan.

SMP Negeri 89 Jakarta Barat adalah sebuah sekolah yang berada di bilangan Tanjung Duren dan berada dekat dengan Pasar Tradisional Tomang Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Pasar Kopro. Sampai sekarang, penulis masih belum tahu apa itu Kopro. Ah, lupakan hal itu sementara. Penulis ingat benar sewaktu kelas I SMP, guru PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) bernama Bapak Bisman Lubis. Perawakannya tambun, logatnya khas, berkacamata, dan berambut hanya di sisi kepalanya. Suatu hari, beliau merumuskan bagaimana cara mencapai sukses. Rumusnya seksi.

          "Sukses = A x B x C x D"

Dengan penuh semangat Pak Bisman menjelaskan setiap komponen dengan menganalogikannya dengan cara mendapat nilai bagus di ulangandulu penggunaan kata ulangan sepertinya lebih populer daripada ujian.

A untuk alat. Sukses butuh modal. Siswa setidaknya harus punya senjata pribadi dalam menggempur soal ujian. Apa saja? Gampang sekali jawabannya. Pulpen, pensil, penghapus, penggaris, tip-ex, dan sebagainya.

B untuk bekerja. Semua dimulai dari usaha diri sendiri. Jaminan nilai jelek di tangan apabila siswa tidak merencanakan waktunya dan tidak mempersiapkan diri dalam ujian. Di sini Pak Bisman menekankan pentingnya bekerja (belajar) dan pembagian waktu.

C untuk cita-cita. Ini mengenai visi jauh ke depan. Cita-citakan nilai bagus dan tanamkan itu terus-menerus. Hal ini penting sebagai koridor agar tidak salah jalan.

D untuk doa. Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 menyebutkan "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". Manusia berusaha, Tuhan yang memutuskan. Jangan pernah putus alunan doa kepada ilahi.

Satu hal yang perlu diingat bahwa rumus tersebut menggunakan unsur perkalian, bukan penjumlahan. Ketika salah salah satu komponen bernilai nol, maka nilai nol yang akan dihasilkan. Pak Bisman dengan analogi ujiannya; rumus tersebut fleksibel dan bisa diterapkan untuk hal lain.

Penulis tidak pernah berjumpa lagi dengan Pak Bisman semenjak lulus SMP. Atas petuahnya yang berhasil merekat hingga saat ini, sungguh penulis bermunajat semoga beliau selalu berada di dalam lindungan Tuhan.

Penulis berjanji akan menanamkan rumus ini ke generasi penerusnya.

Salam Pancasila!