Sabtu, Juli 03, 2010

Busway Oh Busway

Ditinjau secara etimologis, busway terdiri dari dua kata. Bus dan way (jalan). Sehingga busway dapat kita artikan sebagai jalan bus. Ah sudah lupakan saja.

Siapa yang tidak kenal busway? Apalagi kalau Anda adalah warga Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta berusaha memecahkan masalah kemacetan ibukota dengan busway. Aku lupa ada berapa koridor yang sudah dibangun di seluruh Jakarta. Akan tetapi tidak semua koridor dioperasikan karena tidak ada pihak yang berani menaruh resiko tidak dapat untung. Apakah busway sudah menjadi solusi kemacetan di Jakarta?

Aku rasa tidak.

Baiklah. Sebenarnya inti dari kemacetan di mana pun adalah tidak sebandingnya jumlah kendaraan (pribadi dan umum) dengan kapasitas jalan yang ada. Hambatan samping, sistem lampu lalu-lintas, dan perilaku tidak disiplin pengemudi adalah bumbu tambahan kemacetan.

Pemerintah sudah sadar untuk mengalihkan perpindahan manusia dari transportasi pribadi ke transportasi umum. Makanya busway dibangun. Mengapa bukan subway, monorail, atau waterway? Aku tak tahu. Namanya juga pembangunan infrastruktur, tidak bisa lepas dari aspek ekonomi, politik, dan sosial.

Belakangan ini aku sering naik busway. Sayangnya aku kecewa dengan keseluruhan sistemnya. Pertama adalah menapaki jembatan penyebrangan yang rapuh dan aku yakin licin saat hujan. Terkadang ada coretan yang tidak indah dilihat oleh mata. Belum lagi ada yang berjualan di jembatan penyebrangan sehingga mempersempit orang berjalan.

Di halte busway, aku harus berdiri berdesak-desakan saat mengantri busway yang akan datang.
Pemandangan seperti gambar di atas bisa dijumpai di halte transit seperti harmoni, senen, dll saat waktu tertentu. Belum selesai, aku pun naik ke dalam bus dan harus berdiri berdesak-desakan lagi. Tindakan pencopetan dan cabul adalah sesuatu yang mudah saat situasi seperti ini.

Oh what a day!


Entah mengapa aku berpendapat kalau di negara ini hanya bisa membangun, tidak bisa merawat. Bagaimana orang mau beralih ke busway kalau situasi dan kondisi busway menyedihkan seperti ini? Sekarang busway seperti kendaraan umum kelas bawah. Sesak, padat, dan sempit. Maafkan aku. Aku sepertinya memojokkan usaha pemerintah mengatasi kemacetan ini. Akan tetapi kenyataannya memang seperti ini.

Pak Presiden, Pak Wakil Presiden, Pak Menteri, dan anggota DPR mah tidak merasakan kemacetan! Naik mobil mewah dan duduk di jok belakang yang empuk. Kalau mau jalan di tengah kota, jalanan pasti disterilkan dulu. Dikawal pula. Pak, rakyatmu menderita!

Salah satu sub-jurusan di teknik sipil adalah transportasi. Ini merupakan tantangan besar yang harus dipecahkan! Baiklah. Aku akan mencoba memberikan beberapa solusi.

1. Pajak
Berikan pajak yang tinggi untuk kendaraan pribadi. Berikan pajak yang lebih tinggi untuk orang yang mempunyai lebih dari satu kendaraan pribadi. Berikan pajak yang super tinggi untuk kendaraan mewah. Yaa setidaknya orang akan berpikir dua kali (bahkan lebih) jika ingin membeli kendaraan pribadi.

2. Infrastruktur
Kondisi jalan harus dalam keadaan prima untuk menopang arus kendaraan yang lewat. Selain itu, flyover dan underpass yang strategis mungkin bisa menjadi solusi.

3. MRT
Mass Rapid Transportation. Busway sebenarnya adalah salah satu MRT tapi tidak adanya perawatan membuatnya amburadul. Kalau waterway, ada yang mau lewat Sungai Ciliwung? Sepertinya sungai itu harus dibersihkan dulu. Hehe. Subway atau monorail bisa menjadi solusi optimal.

4. Perawatan MRT
Menekankan poin nomor 3. Hehe.

5. Tata Ruang Kota
Bagaimana menata ruang sebuah kota yang sudah jadi? Mungkin anak teknik planologi lebih mengerti hal ini.

6. Peraturan
Dibuat sebuah peraturan yang jelas, adil, dan tegas. Disosialisasikan lalu diterapkan dengan baik di lapangan. Terutama untuk angkutan umum. Tahu sendiri lah bagaimana perilaku supir angkutan umum.

Keenam poin di atas hanyalah teori dan cuap-cuap semata. Praktik pasti jauh lebih sulit daripada teori. Semoga nantinya kemacetan di Jakarta bisa diatasi. Amin.

Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3