Selasa, September 13, 2011

Gitar

Tidak ada yang tidak tahu alat musik ini. Lekukan tubuhnya sangat seksi sehingga mayoritas perempuan menginginkan bentuk yang serupa. Layaknya sepakbola yang merupakan olahraga paling mendunia dan merakyat, gitar demikian dalam hal alat musik, pikirku.

Pemainnya beragam, mulai dari pinggir jalan hingga sekelas konser. Gitar ini fleksibel karena bisa berasimilasi dengan berbagai macam jenis aliran musik mulai dari dangdut, R&B, pop, jazz, hingga metal. Tidak hanya petikan, pukulan pun bisa dilakukan untuk menghasilkan bunyi.

Ceritanya, aku les gitar klasik mulai kelas enam SD. Dulu aku masih lugu, ayah dan ibu yang mendaftarkanku, aku ikut saja. Ternyata les berlangsung hingga aku kelas dua SMA. Sekitar lima tahun. Cukup lama, ya?

Dulu les dilaksanakan seminggu sekali dan setiap pertemuan hanya setengah jam. Seingatku bayarnya mahal juga. Guruku bernama Kak Banu, seorang musisi sejati, beda lah dengan diriku yang hanya ikut kehendak orang tua waktu itu. Tetapi aku bersyukur aku les gitar klasik. Aku jadi bisa baca not balok dan diajarkan teknik tertentu.

Seiring meningkatnya jam terbang bermain alat musik, dalam hal ini gitar, aku semakin sadar kalau musik ini bukan bidangku. Kenapa? Otakku tidak bisa sinkron dengan nada-nada. Tidak ada feeling bahasa campur aduknya. Beda dengan teman-temanku seperti Awan Wibisono, Handal Prahamadhanno, Fadhillah Akbar, Reza Harevi, Ian Sofian, Jeisen Frederik, Adrian Firdaus, dan lain-lain.

Gitar itu teman yang pas. Dia paling mengerti kondisimu. Walaupun aku tidak ada feeling dengan gitar, tetap dia adalah sobatku. Berikut aku persembahkan satu buah lagu berjudul Choros kepada para pembaca. Maksimalkan volume dan selamat menikmati. Maaf jika jelek secara permainan maupun rekaman. Maklum, tidak ada feeling dan kamar-kost-quality.



I don't sing.
My guitar does.

Senin, September 05, 2011

Jilbab

Jilbab adalah salah satu fenomena yang unik. Di Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga perempuan mengenakan jilbab itu biasa saja. Di negara dimana Islam merupakan minoritas, aku yakin perempuan berjilbab mau tidak mau terlihat berbeda dan (mungkin) menjadi pusat perhatian.

Di dalam buku ini, penulis (Quraish Shihab) membentangkan pendapat dari ulama-ulama terdahulu yang terkesan ketat dan pendapat dari cendikiawan kontemporer yang terkesan longgar.

Wajar terjadi keragaman, karena itu merupakan ciri dari redaksi al-Qur'an dan hadits yang memang dapat menampung aneka pendapat. Mengemukakan lebih dari satu pendapat berarti memberi alternatif-alternatif semuanya bisa ditampung oleh kebenaran sehingga mempermudah umat melakukan aktivitas yang dibenarkan oleh agama.

Islam mengajarkan pengikutnya untuk menggunakan potensi akal. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama universal yang mampu berinteraksi dengan seluruh manusia tanpa mengenal waktu dan tempat.

QS. an-Nahl [16]: 44
"Dan Kami menurunkan kepadamu al-Qur'an, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan."

Pakaian selain terkait dengan kebutuhan juga terkait dengan keindahan. Tetapi, apakah keindahan itu? Dulu kegemukan merupakan pertanda kesejahteraan hidup dan digemari oleh wanita. Sekarang wanita berlomba-lomba tidak makan dan minum agar tampak ramping dan kurus. Demikianlah definisi keindahan yang berubah-ubah antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain dan juga terkait dengan perkembangan zaman.

Agama Islam menghendaki pemeluknya untuk berpakaian semestinya atau paling tidak memiliki fungsi terpenting, yakni menutup aurat. Mulai dari sini timbullah perdebatan mengenai batas aurat wanita dan pria.

Tidak usah munafik, sedikit senyuman atau betis yang terungkap dari seorang wanita bisa menimbulkan pikiran yang bermacam-macam bagi seorang pria. Oleh karena itu Islam memberikan batasan. Agama tidak memerintahkan untuk membunuh nafsu, tetapi untuk mengendalikannya.

Setiap manusia pasti menyadari ada hal-hal yang menimbulkan rangsangan bagi pria dan wanita, baik bagian tubuh tertentu, ucapan, ataupun perbuatan. Hal tersebut sangat rawan dan bisa berujung pada hubungan seksual sehingga diperlukan suatu aturan khusus. Hal yang rawan tersebut dinamakan aurat.

Jangan berkata bahwa Anda dapat menjaga diri. Sekian orang malah terjerumus setelah mengatakan demikian. Bukankah kecelakaan dapat terjadi walaupun kita sudah menyetir dengan hati-hati?

*

Al-Qur'an tidak menyebutkan secara jelas dan rinci batas-batas aurat, makanya timbul perbedaan pendapat. Ulama-ulama masa lalu terbagi menjadi dua dalam hal batasan aurat wanita. Yang pertama yang mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat dan yang kedua mengecualikan muka dan telapak tangan. Ada beberapa ayat dalam al-Qur'an yang dijadikan rujukan. Ayat-ayat tersebut dipahami berbeda oleh kedua kelompok dan dijadikan dasar suatu ketetapan ulama. Berikut rujukannya, sila cek sendiri di al-Qur'an milikmu.

QS. al-Ahzab [33]: 53
QS. al-Ahzab [33]: 59
QS. an-Nur [24]: 30-31
QS. al-Ahzab [33]: 32-33
QS. an-Nur [24]: 60

Di buku ini dijelaskan perbedaan pendapat ulama di setiap ayat. Rasanya terlalu panjang untuk dibahas di sini dan aku sendiri belum menjamin diriku mengerti. Baca sendiri saja ya bukunya. Hehe.

Selain al-Qur'an, para ulama juga merujuk ke hadits. Redaksi al-Qur'an dipastikan tidak disentuh sedikit perubahan pun. Ayat al-Qur'an disampaikan Malaikat Jibril ke Nabi Muhammad persis sama dalam lafazh (ucapan) dan maknanya hingga sekarang. Sedangkan hadits, walaupun telah disepakatai keshahihannya, masih bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda.

Penulis cenderung mengacu kepada kelompok kedua.

Suka tidak suka, diakui atau tidak, wanita cenderung untuk berhias. Terlebih lagi zaman sekarang, tidak bisa masuk logika wanita yang menghalangi mereka berhias apalagi dalam batasan yang masih dibolehkan oleh agama.

Dengan wanita tampil seluruh tubuhnya tertutupi pakaian hitam longgar, hanya dua bola mata yang terlihat, tidak jarang ditutupi kacamata hitam, mereka seperti hantu yang sedang berjalan. Maka musnahlah fungsi hiasan atau keindahan dalam pakaian. Demikian menurut penulis dan aku sepakat.

*

Cendikiawan kontemporer juga terbagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama
Kelompok ini mengemukakan pendapatnya tanpa acuan dalil manapun dan merupakan subjektivitas semata. Kelompok ini sangat ditentang oleh para ulama.
"Hijab (pakaian tertutup) telah menutup keterlibatan wanita dalam berkegiatan. Menutup atau telanjang, menjadikan wanita sebagai jasad semata. Saya, ketika menutup badan saya, maka itu mengandung arti bahwa saya adala fitnah (penggoda/perayu). Saya adalah akal dan bukan jasad yang mengundang syahwat atau rayuan."

Kelompok kedua
Berpendapat mengacu pada ulama terdahulu namun tidak mendapat dukungan dari ulama yang menganut paham ulama-ulama terdahulu.

*

Masalah batas aurat wanita tidak harus menimbulkan tuduh menuduh apalagi kafir mengafirkan. Disepakati dalam Forum Pengkajian Islam IAIN Syarif Hidayatullah Maret 1988: "Tidak menunjukkan batas aurat yang wajib ditutup menurut hukum Islam, dan menyerahkan kepada masing-masing menurut situasi, kondisi, dan kebutuhan."

Di bagian penutup penulis menganjurkan pemakaian jilbab sesuai dengan pendapat mayoritas ulama, apalagi pemakainya sama sekali tidak terhalangi untuk melakukan kegiatan positif di manapun dan untuk kepentingan siapapun.

*

Quraish Shihab mengatakan menganjurkan, bukan mewajibkan sehingga hal ini pula yang menimbulkan polemik.

Aku juga mau berpendapat. Tetapi jangan jadikan ini sebagai acuan, ilmu agamaku tidak sebanding dengan para ulama. Menurutku jilbab wajib hukumnya dikenakan oleh wanita muslimah. Aurat dari seorang wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan.

Pun sudah memakai pakaian wanita muslimah, tolong jangan yang ketat juga. Lekuk tubuh kalian itu sangat mengundang pikiran kotor. Dan yang sering terabaikan adalah bagian leher. Bagian itu sering terungkap, sengaja atau tidak sengaja.

4 September adalah hari hijab internasional. Pesan seorang temanku kepada seluruh wanita muslimah adalah sebagai berikut:
"Semoga para muslimah saling peduli dan saling mengingatkan ketimbang merasa benar sendiri."

Subjektifku, kalian indah dengan jilbab itu.

Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyenangi keindahan.