Rabu, Februari 06, 2013

Baju Pengantin

Baju pengantin telah
Kutanggalkan dini hari 
Jenuh awan nan kelabu
Berakhir di ujung hujan 

Dalam pelukan ku terjaga
Tersentuh benih harapan 
Kembali bersinar
Cakrawala kehidupan ini 

Desah angin pagi
Menambah hangatku berkawan alam
Kini telah kujumpa
Air sejuk pelepas haus dahaga 

Jangan kau tinggalkan 
Bila kekasih mengetuk pintu 

Chrisye - Baju Pengantin
Karya Eros Djarot dan Jockie Soerjoprajogo
Album: Badai Pasti Berlalu (1977)

Selasa, Februari 05, 2013

Aktor dan Aktris

Sudah nonton Habibie & Ainun?

Semua pasti berdecak kagum melihat akting seorang Reza Rahadian. Caranya meniru Habibie nyaris sempurna. Gaya bicara, cara berjalan, mimik wajah, dan gestur saat memerankan Habibie patut diacungi jempol. Lawan mainnya adalah Bunga Citra Lestari yang memerankan Ainun. Menurut saya, Ainun tidak setenar Habibie di media sehingga saya tidak tahu persis gaya dan karakteristik beliau. Makanya saya tidak bisa menilai BCL dalam memerankan Ainun di film ini.

Bukan itu yang ingin saya soroti.

Banyak adegan mesra antara Reza Rahadian dengan BCL selama film ini diputar. Mereka berpegangan tangan, berdansa, berpelukan, hingga berciuman. Hal pertama yang pasti terlintas di kepala saya selama adegan romantis itu berlangsung adalah suami dari BCL. Meeen, apakah dia tidak naik pitam ketika istrinya dijamah oleh laki-laki lain? Baiklah, basis mereka adalah profesionalisme sebagai aktor dan aktris. Saya hargai dasar profesionalisme mereka, tetapi saya tidak sepaham dengan mereka.

Saya sih tidak mau istri saya nanti dipegang, dipeluk, dicium, atau dicumbu laki-laki lain dengan alasan apapun.
Kesimpulannya apa? Cari pasangan hidup jangan yang berprofesi sebagai aktris/aktor.
Ha-ha-ha.

Sabtu, Februari 02, 2013

Mampang Prapatan 1-2

Jadi, ceritanya saya mendapat pelajaran dari seorang street designer. Tidak hanya baju, jalan juga harus didesain dengan bagus. Hehe.

Ada yang aneh dengan dengan pagar pembatas di median di sepanjang Jalan Mampang Prapatan Raya. Jika Anda jeli, Anda akan menemukan pagar yang hilang di beberapa titik. Hari Kamis (31 Januari 2013) di lokasi kejadian saya ditanya oleh seorang rekan mengapa pagar itu hilang. Saya diminta berdiri 10 menit untuk mengamati. Ternyata, lokasi itu menghubungkan Jalan Mampang Prapatan 1 dengan Jalan Mampang Prapatan 2 sehingga banyak yang menyeberang di sana.

Blusukan

Secara spontan kami menelusuri Mampang Prapatan 1 dengan berjalan kaki. Jalannya terlalu sempit untuk dilalui mobil. Sedikit masuk, ada sebuah masjid besar dan madrasah. Atas inisiatif rekan saya, kami langsung mencari kepala pengurus masjid. Blusukan hingga ke gang-gang untuk menemui rumah pengurus masjid.

Tak hanya itu, kebetulan ada Pak RT dan Pak Kepala Sekolah. Akhirnya kami mengobrol dalam satu meja. Usut punya usut, dalam setahun bisa terdapat tiga orang meninggal akibat tertabrak kendaraan. Akibat buruknya fasilitas penyeberangan sih lebih tepatnya. Tiga dalam satu tahun apakah termasuk sedikit? Kalaupun hanya terdapat satu, satu itu adalah nyawa. Ini bukan perihal banyak atau sedikit.

Lucunya, Pak RT mengemukakan bahwa terjadi kesulitan saat memindahkan jenazah dari masjid ke kuburan. Masjid berada di Mampang Prapatan 1, sedangkan kuburan terletak di Mampang Prapatan 2. Harus menyeberang. Butuh empat orang dan mereka harus mengangkang sembari menggotong peti jenazah melewati separator dan median. Keesokan harinya (Jumat), saya menunaikan ibadah Salat Jumat di masjid yang sama. Setelah beres saya langsung capcus untuk mendokumentasikan orang yang menyeberang. Tidak tanggung-tanggung, terdapat lebih dari 50 penduduk lokal yang menyeberang untuk kembali beraktivitas sehabis salat.

Harus sambil "ngangkang"
Bayangkan sambil menggotong peti jenazah
Cek juga video berikut. Hanya 24 detik kok.


Apakah terdapat jembatan penyeberangan di dekat sana? Jawabannya ada tapi letaknya cukup jauh. Lokasi inilah yang pas untuk menyeberang karena memang banyak demand. Pencopotan pagar di tengah itu bukanlah vandalisme yang dilakukan oleh warga setempat. Melihat masalah secara mikro maupun makro sangat menarik. Keduanya penting dilakukan karena memiliki perannya masing-masing.

Sebagai kesimpulan, tidak dibutuhkan ilmu transport tingkat dewa untuk mengetahui lokasi penyeberangan jalan. Yang perlu dilakukan adalah tambahan effort untuk berjalan kaki (bonus sinar matahari dan asap tentunya) dan terjun langsung ke masyarakat.