Senin, Desember 27, 2010

Empat Serangkai Pengantre Tiket

Gandrie, Ghazi, Andi, dan Yusuf.
26 Desember 2010.

Sebut saja mereka pengantre tiket. Berjuang demi sejumlah tiket agar bisa menonton final leg 2 secara langsung di SUGBK.

Janjian di loket seberang Mesjid Al-Bina pukul setengah tujuh pagi. Pukul 6.25 aku sudah berada di dekat TVRI tapi jalanan sangat macet dan mengharuskanku berjalan kaki. Walhasil aku telat menemui tiga orang temanku yang sudah mengantre. Memanfaatkan kelangsingan badan, aku selap-selip sehingga berada dekat mereka.

Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi sedangkan loket dibuka pada pukul 10 pagi. Ribuan orang berusaha mencari cara untuk mengusir rasa bosannya, mulai dari merokok, meneriakkan "Nurdin turun!", sarapan pagi, dan lain sebagainya. Dibutuhkan fotokopi KTP saat membeli tiket nanti. Orang yang lupa dengan hal itu mau-tidak-mau menggunakan jasa fotokopi dengan harga yang tidak wajar, sepuluh ribu rupiah per KTP.

Ada yang lucu saat KTP dikembalikan satu per satu. Nama yang tertera di KTP diteriakkan lalu orang yang bersangkutan segera mengambil identitas dirinya beserta fotokopinya. Tiba-tiba nama "Sopan Santun" diteriakkan. Kontan semua orang langsung tertawa. Hiburan yang menggelikan memang. Haha.

Ada lagi. Yusuf memegang sebotol air mineral. Kemudian dia dicolek oleh seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu meminta botol jika airnya sudah habis. Ya, untuk buang air kecil. Kami semua heran dan takjub.

"WOI YANG DEPAN DUDUK, ANJING!"
"WOI YANG BELAKANG JANGAN DORONG!"
"BANGSAT, YANG KIRI ANTRE DONG!"
"YANG AUS, YANG AUS, AQUA, QUA, QUA!"

Kalimat-kalimat di atas sering digemakan oleh massa selama kami mengantre.

Pukul 10 pagi. Loket tak kunjung dibuka. Ribuan pengantre mulai 'panas'. Semua dalam kondisi tertekan, dalam arti yang sebenarnya. Himpitan manusia dari kanan-kiri-depan-belakang bukan hal yang aneh lagi. Beberapa orang yang tidak kuat segera digotong ke pinggir. Aku yakin 98% pengantre adalah kaum adam tapi jangan salah, ada juga kaum hawa yang nekat mengantre.

Wonder woman, eh? Atau I wonder if she's a woman?

Gencatan segala arah semakin parah. Loket baru dibuka pukul setengah sebelas. (Dari awal) antrean tidak teratur, begitu loket dibuka, jelas tambah parah. Di tengah kericuhan, aku terpisah dari tiga temanku lalu berusaha sebisa mungkin mencapai loket. Aku bulatkan tekad untuk meraih tiket ketika posisiku sudah sangat dekat dengan loket tapi tekad tersebut sirna karena raga ini sudah tidak kuat lagi.

Aku menyingkirkan diriku dari keramaian lalu kupanjat pagar. Berjalan tiada henti hingga akhirnya terkapar di rumput hijau. Baju basah kuyup karena keringat. Pupus harapanku mendapatkan 5 buah tiket final. Beberapa menit kemudian muncullah secercah harapan. Pagar yang aku panjat dibuka. Terdapat dua banjar yang diatur oleh petugas masuk ke arah stadion. Diam-diam aku menyelinap.

Dua banjar panjang tersebut dibawa ke arah yang tak menentu, diputar-putar dan sepertinya panitia memang tidak punya rencana cadangan. Akhirnya dua banjar itu dibawa masuk ke dalam stadion. Pembelian tiket diatur sedemikian rupa dan menurutku cukup rapi. Tiba giliranku.

5 buah tiket di tangan!















Perjuanganku belum selesai. Bagaimana caranya keluar dari stadion? Antrean massa di luar sudah sangat panjang. Tiba-tiba kegaduhan muncul. Massa seperti zombie di mana hanya tiket yang ada dalam pikiran mereka. Anarkisme merajalela. Pintu bergembok ditendang berkali-kali. Pintu jeruji dihantam dengan emosi.

Pintu jebol.

Ribuan massa dengan bebas masuk. Petugas dikeroyok dan dipukuli di depan kedua mataku. Tak mau ikut-ikutan, aku keluar dari stadion melalui pintu yang dibobol massa. Perjuanganku selesai. Fiuh.

Bagaimana nasib ketiga temanku? Aku tak tahu. Kukabari mereka lewat pesan singkat. Ternyata mereka masih berjuang mengantre dan memang semuanya digiring ke dalam stadion. Aku menunggu mereka hingga pukul 3 sore. Lumayan untuk istirahat dan jajan sana-sini terlebih dahulu. Setelah mendapat pesan singkat, kami bertemu di suatu tempat. Sayang sekali tidak satu pun di antara ketiga temanku yang berhasil mendapatkan tiket.

Sepertinya pengalaman ketiga temanku ini lebih seru. Mereka menceritakan kalau situasi di dalam stadion sudah sangat kacau. Orang yang membawa sekantung tiket di tengah lapangan untuk dibagikan langsung dibidik oleh ribuan massa dari segala arah tribun. Pagar diloncati, rumput diinjak, dan fasilitas dirusak. Ribuan tiket diperebutkan dan mengudara di mana-mana.

Bom air seni di dalam botol dihempaskan ke kerumunan, polisi melakukan hom-pim-pa-alaihum-gambreng, dan pengalaman lainnya didapatkan oleh ketiga orang temanku ini. Rambut lusuh, muka kucel, badan asem, perut lapar, kaki kotor, dan sendal robek sungguh menggambarkan keadaaan kami pukul 3 sore.

Ketika Nurdin Halid berkata kalau tidak ada yang salah dengan sistem penjualan tiket, maka terkutuklah dirinya. Ketika Nurdin Halid menyalahkan supply dan demand dalam penjualan tiket, maka binasalah dirinya. Ketika sebuah sistem dipimpin oleh pemimpin yang busuk, maka sistem itu akan tetap busuk. Mau sepak bola Indonesia lebih maju? Ganti pemimpin PSSI dengan orang yang bersih, berwibawa, dan tahu peta sepak bola Indonesia.

Nurdin Turun!

Itulah sepenggal ceritaku. Aku yakin ketika kami menjadi alumni sipil lalu ada sebuah reuni 10, 20, atau 30 tahun mendatang, cerita ini akan tetap menyala di hati kami. Amarah, senyuman, jerih payah, dan kekecewaan ada dalam cerita ini.

Sebuah cerita yang layak untuk dikenang.

Rabu, Desember 22, 2010

Aden Barber Shop

Perkenalkan! Temen gue yang satu ini namanya Aden Firdaus. Namanya sungguh surgawi, ya? Ngeri kali fotonya. Doi berasal dari SMA Negeri 9 Yogyakarta. Selain berkegiatan di HMS macem nge-danlap kaderisasi (ngeri), BPA, dan sebagainya, doi juga mempunyai keahlian merapikan rambut orang lain.

Lihat saja!
Dalam tiga foto tersebut, Ghazi dengan ikhlas dan ridho rambutnya dirapikan oleh Bung Aden. Setelah Ghazi, sebenarnya giliran gue, cuman sayang sekali tidak ada yang mendokumentasikan. Haha.

Biasanya tukang cukur rambut tuh tidak mengerti kata-kata "potong sedikit aja ya". Akan tetapi Aden sungguh mengerti gue. Potong sedikit berarti sedikit aja. Gokil loh dia mempunyai keterampilan yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Hasilnya memuaskan! Garansi!

Monggo dicoba.

All hail Aden!
Aden!

Sabtu, Desember 18, 2010

Parkir di ITB

Jumat, 17 Desember 2010 sekitar pukul 7 malam.

Aku, Andi, Ghazi, dan Rendy akan makan di Balubur. Dari sekre HMS, kami berjalan melewati salah satu lahan parkir di ITB. Karena berada dekat area sipil, lahan tersebut sering dinamakan parkir sipil. Melewati gerbang parkir, kami bertegur sapa hangat dengan Aa' parkir. Terlebih lagi Andi yang memang sudah sangat akrab dengan mereka.

Lalu Andi berkata: "Jam 8 malem udah bakal dipecat mereka. Kasihan ya, Boi".

Kami makan ayam bakar bumbu Padang di Talago Biru. Selepas dari sana, kami melewati gerbang sipil lagi. Waktu menunjukkan pukul 19.30. Terlihat beberapa Aa' parkir sedang duduk di selasar sedang berdiskusi. Kami menghampiri. Andi dengan santainya bercengkrama dengan mereka. Aku lihat wajah mereka. Senyum mereka lebar seperti biasanya tapi aku yakin di dalam hati sedang berkecamuk.

"Yaa kalo emang ini yang terbaik, mau gimana lagi, kami kan ngikut sama yang di atas. Saya minta maaf ya, Dek, seumpama pernah berbuat salah", ucap Aa'. Kalau tidak salah ada empat Aa' di sana, kami berjabat tangan. Kupegang erat tangan Aa' lalu kulihat wajahnya serta kuucapkan agar mereka tetap semangat.

Aku bergeming.

(Dulu) aku juga seorang pengendara sepeda motor. Setiap hari memarkir sepeda motor di parkir sipil. Setiap hari kulihat wajah-wajah ramah mereka. Namun takdir berkata lain, pembuat kebijakan di ITB menetapkan ISS Parking Management sebagai pengelola parkir.

Aku: Menurut lo gimana, Ren?
Rendy: Gue yakin bapak-bapak yang ada di atas sana sebenarnya juga berat mengambil keputusan ini. Ambil positifnya, ingin diciptakan sebuah sistem parkir yang teratur di ITB. Salah kita juga sih, Gan. Contohnya sih parkir vallet, itu sebenarnya gak boleh, terus kongkalikong dengan Aa' bawa kendaraan pribadi masuk kampus.

Kenyataannya adalah luas lahan parkir tetap tapi pertumbuhan mahasiswa yang membawa kendaraan bermotor cenderung naik. ITB itu dikelilingi oleh Jalan Ganeca, Tamansari, dan Dayang Sumbi. Orang tua mahasiswa ITB pada umumnya adalah masyarakat golongan menengah ke atas yang mampu memberikan sebuah mobil pribadi kepada anaknya. Hal ini tercermin dari besarnya uang pangkal yang bisa menembus ratusan juta rupiah.


Tak heran jika jalan di sekitar ITB malah dijadikan lahan parkir. Menurutku itu penyalahgunaan lahan jalan ditambah lagi mengurangi keindahan. Solusi dari Sarpras ITB adalah memaksimalkan penggunaan terowongan. Mahasiswa parkir di Saraga lalu ke kampus melewati terowongan tersebut. Cara preventifnya adalah dengan menggunakan angkutan kota atau sepeda. Wah, kalau berbicara mengenai angkutan kota, bahasan akan lebih panjang. Haha.


Sistem berganti tapi yang membuatku heran kenapa Aa' parkir juga harus diganti?
Yuk kita ambil sisi positif dari setiap kebijakan.

Aku tak akan lupa wajah-wajah kalian
Aku tak akan lupa gelak tawa kalian

-Teruntuk Aa' parkir

Sumber 1
Sumber 2

Rabu, Desember 08, 2010

(Sedikit) Tampilan Baru

Ada dua perubahan tampilan dalam blog ini. Latar dan judul blog.

Latar
Entah mengapa ada tampilan yang mengganggu pada latar sebelumnya. "Tinypic, this image bla bla bla". Kira-kira seperti itu tulisan si pengganggu mata. Tidak mau ambil pusing, aku mengambil simple template yang sudah disediakan oleh blogger. Gak ngerti JavaScript, HTML, dan teman-temannya, euy! Haha. Warna favoritku adalah merah tapi kupilih warna cokelat. Kenapa cokelat? Tidak tahu, suka saja, seperti menenangkan.

Judul
Tadinya judul blog ini adalah "The Red Squad". Sebenarnya itu insidental. Di awal kelahiran blog ini, aku memasang foto tim sepak bola SMA kelasku sebagai latar judul blog. Kebetulan warna baju bolanya adalah merah. Jadilah "The Red Squad". Sekarang blog ini bernama "Eirdnag Nahdamar", namaku sendiri jika dibaca dari sisi kanan. Random memang.

Tampilan tidak terlalu penting. Isi jauh lebih penting, kan? Hehe.
Pernah mendengar pepatah jangan menilai buku dari sampulnya, eh?

Tetap menulis, tumpahkan isi pikiran dalam sebuah media.

Sabtu, November 27, 2010

Perpisahan dan Kebersamaan


Saat itu akan kuliah tapi aku duduk santai dulu di depan sekre HMS sambil menyeruput susu putih hangat buatan Entang. HMS langganan Koran Kompas, lumayan lah, gratisan sekaligus menambah wawasan dan mengetahui apa yang sedang terjadi di luar sana. Bolak-balik halaman, mataku tertuju pada sebuah artikel karangan Sawitri Supardi Sadarjoen, psikolog.

Membentuk relasi yang bertahan lama merupakan hal yang sulit karena menuntut kapasitas untuk menjaga keseimbangan antara penghayatan personal sebagai 'aku' dan penghayatan perasaan kebersamaan pasangan sebagai 'kami'. Tarikan kedua arah 'keakuan-kekamian' tentu saja sangat kuat.

Intro-nya seperti di atas. Aku langsung tertarik dan terus membaca. Cakupan bahasan artikel ini adalah ikatan perkawinan. Sepertinya terlalu jauh untuk membicarakan pernikahan/perkawinan untuk seusiaku. Makanya, aku akan mencoba mengutarakannya sesuai dengan pikiran remaja-remaja labil dan galau zaman sekarang, setidaknya menurutku. Haha.

Pada satu sisi kita ingin menjadi individu yang merdeka, bebas, berdiri sendiri, dan mampu memperoleh kepuasan atas upaya diri sendiri, tetapi di sisi lain kita mencari keterikatan dan keintiman dengan orang lain, seperti halnya ikatan kekasih atau keluarga.

Errgh, benar?

Apa yang terjadi bila perasaan kekamian tidak mampu mencukupi kebersamaan relasi pasangan? Tentu saja masing-masing merasa sendiri dan tidak berbagi perasaan emosional. Lebih buruk lagi kedua pasangan berada dalam posisi yang benar-benar otonom dan terlontar kalimat "aku tidak butuh kamu".

Berikutnya, apa yang terjadi bila perasaan keakuan tidak mampu mencukupi kebersamaan relasi pasangan? Ya, keduanya akan mengorbankan identitas dan tanggung jawab terhadap diri sendiri akan sirna. Keduanya berupaya sekuat tenaga untuk mengubah perilaku pasangannya. Keduanya merasa bertanggung jawab dengan kenyamanan pasangannya daripada kenyamanan diri sendiri.

Pertengkaran terjadi karena mencari kesalahan pasangan. Jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, maka terucaplah "rasanya saya sudah mengupayakan segala macam cara dalam bersikap namun dia tidak pernah menghargai saya dan tidak mau mengubah sikapnya".

Kondisi lain adalah hubungan yang terkesan harmonis. Bisa berupa salah satu pasangan selalu menerima dominasi pasangannya atau seolah-olah keduanya sudah saling berbagi masalah dalam hubungan mereka.

'Aku' dan 'Kami'.

Intinya, setiap pasangan membutuhkan keduanya, 'aku' dan 'kami', dalam porsi yang seimbang sehingga memberikan makna dalam menyikapi sisi personal tiap pasangan.

Bagaimana cara agar keduanya berimbang? Misal saat kita marah dan kesal tahap kronis kepada pasangan, itu menunjukkan kita sedang meningkatkan penguatan penghayatan 'aku'. Oleh karena itu, evaluasi diri itu penting untuk mendapatkan apa yang sebenarnya kita pikirkan, rasakan, dan inginkan serta perubahan dalam cara berinteraksi kepada pasangan. Semakin kita lebih menghayati posisi 'aku' dalam kebersamaan pasangan, semakin nyamanlah penghayatan keintiman dan kesendirian dalam sebuah relasi.

Nah, sudah sejauh mana kita sudah menyeimbangkan keakuan dan kekamian?

Sigh, jangan tanya padaku. Aku sendiri masih bobrok untuk hal seperti ini.
Semoga artikel di atas dapat menambah wawasan kita.

-Kompas

Selasa, November 23, 2010

Me in Sketch

Gambar di atas bukanlah hasil karyaku. Aku sadar otak kananku jarang aku gunakan sehingga tumpul layaknya pisau karatan yang sudah tidak tajam lagi. Sigh. Apapun itu, semua bermula dari seorang temanku yang mengisi ShoutMix di blog-ku.

Aku buka blog baru miliknya dan ternyata penuh dengan goresan pena yang membentuk gambar-gambar. Goresan pena yang ia torehkan bukanlah pena biasa. Intinya, sketsa yang ada dihasilkan dalam bentuk digital. Dengan egois aku menyebut alat yang ia gunakan adalah digital drawing pen.

Untung saja dia menyukai julukan yang aku sebutkan. Padahal ngasal. Haha.

'I like the way it sounds. I love drawing pen and mouse pen is my digital drawing pen', ucapnya.

Aku suka dengan tagline yang ia buat:
'people dance, people sing, I draw'

Anyway, huge thanks for Sybil Yusrina Putri!
You're awesome as always!
Keep in touch!

Check her fabulous drawings at:
http://sybilyusrinaputri.blogspot.com/

Selasa, November 16, 2010

Ekskursi dan Kersos

Selamat pagi! Salam sejahtera untuk kita semua. Dalam post kali ini aku ingin berbagi cerita dan (banyak) gambar tentang dua kegiatan yang sudah aku jalani. Pertama adalah ekskursi ke PT. Wika Beton di Cibinong dan kedua adalah Kerja Sosial (Kersos) HMS ITB 2010, Sipil Bangun Desa (Sibades).

1. Ekskursi!
Kuliah lapangan ke sebuah pabrik beton yang katanya terbesar di Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 12 November 2010. Kami, Teknik Sipil ITB 2008 a.k.a Cakarlangit, berkumpul pagi hari pukul 06.30 di gerbang Ganesha dengan kode baju: Hijau. Telah disediakan 3 bus utama dan 1 mini bus sebagai moda transportasi ke Cibinong, Bogor. Seharusnya kami berangkat sekitar pukul 07.00 namun pada kenyataannya kami berangkat pukul 08.00 karena ada yang telat bangun dan harus boker dulu. Haha.

Modal kami hanya pakaian yang melekat di badan namun kami disuguhkan materi dan non-materi yang berlimpah. Materi berupa makan siang Ayam Suharti dan makan sore Hoka-Hoka Bento. Sangat wah tentunya untuk ukuran anak kosan, terlebih lagi: Gratis! Non-materi berupa ilmu dan pengalaman tentang ketekniksipilan khususnya di bidang material beton.

Lelahku tidak berarti jika dibandingkan dengan chemistry hangat bersama teman-teman seperjuanganku. Entah mengapa ketika Pak Bambang Budiono menyebut kami sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, aku terhenyak. Ya, sebuah tanggung jawab moral yang ada di setiap pundak insan muda. Sebuah konsekuensi logis setiap mahasiswa Cap Ganesha untuk memikirkan dan melakukan langkah nyata mengenai mau dibawa ke mana bangsa ini nanti.

Cukup berat memang pikiran seperti. Akan tetapi, hei! Lihatlah beberapa foto ekskursi ini!

2. Kersos!
Sebuah bentuk aplikasi dari pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil membangun Jembatan Cicariuk di Desa Ciroyom, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung Barat. Selain pengmas, kegiatan ini juga ditujukan untuk mengasah sense ketekniksipilan kami. Kami belajar tahap-tahap apa saja yang harus dilakukan untuk membangun sebuah jembatan, manajemen proyek, site manager, hingga membantu mang-mang di lokasi eksekusi.

Minggu, 14 November 2010 aku berangkat ke lokasi bersama yang lain, kebanyakan HMS 2009. Kami naik tronton tentara dan perjalanan memakan waktu selama 90 menit dari ITB. Aku berperan sebagai pendamping beberapa HMS 2009. Di sana kami sama-sama belajar. Pertama, kami memeriksa apakah kondisi di lapangan sesuai dengan desain yang telah kita rancang. Kedua, kami melakukan pekerjaan mang-mang. Selain itu kami juga melakukan social engineering, yakni menganalisis pengaruh dibangunnya jembatan terhadap kehidupan masyarakat sekitar dengan metode wawancara.

Hal yang aku pelajari, tenaga mang-mang itu sungguh super. Mungkin aku harus memukul si batu sebanyak 1000 kali dengan godam barulah pecah sedangkan mang-mang cukup melakukannya dengan satu-dua pukulan. Punten mang kalau kami malah merepotkan. Hehe. Setelah dua jam berkutat di sana, kami disuguhkan sajian ala desa. Daun pisang dibentangkan hingga bermeter-bermeter lalu nasi, lauk-pauk, lalap, sambal, dan kerupuk ditaruh di atasnya. Kami semua makan dengan lahap. Akhirnya kami kembali ke ITB dengan truk tronton yang sama, jalur yang sama namun berlawanan. Angin menabrak rambut dan sekujur tubuhku di dalam tronton hingga mata ini sayup-sayup selama perjalanan pulang. Rapuh namun aku senang. Doakan jembatan ini cepat selesai ya.

Pictures? Cekidot, Gan.
Sekian informasi dari saya
Ambil sisi positif dari setiap kegiatan.
Karena hidup di dunia ini hanya sekali, mari kita buat berarti.

Sabtu, November 06, 2010

Pesan Dari Bunda

Kemarin aku menerima sebuah pesan elektronik dari ibuku. Isinya adalah sebagai berikut:

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar keikhlasan.

Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan.

Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan.

Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang ketangguhan.

Tetap semangat, tetap tersenyum, dan terus belajar karena bumi ini adalah universitas kehidupan!

Terima kasih, Bunda.

Minggu, Oktober 03, 2010

HMS

Malam itu. Sabtu, 2 Oktober 2010. Detik-detik pelantikan menjadi HMS 2009. Aku duduk beristirahat di dekat benteng ditemani Bow Sang Danlap. Kita ngobrol-ngobrol enteng. Akhirnya mereka akan menjadi bagian dari HMS.

Dengan mata tertutup slayer, Kuya-Kuyi memasuki area depan benteng. Sebelum SK pelantikan dibacakan, ada orasi dari Danlap Swasta: Bang Rizgan dan Bang Nando. Menurutku orasi mereka sangat luar biasa, sangat mengena. Sempurna sekali perpaduan pencahayaan dengan gaya khas Sang Danlap.

Bang Rizgan
Hari ini adalah hari jadi HMS! HMS tidak dinilai dari simbol dan sejarahnya! HMS ada di sini! (sambil menghentakkan tangan kanan ke dada sebelah kiri)

Bang Nando
Seharusnya kebersamaan tak diartikan sebagai proses yang prematur, yang tak berarah, yang tak memiliki konsistensi!

Seharusnya kebersamaan adalah nilai yang diilhami bersama, proses penyatuan hati yang tak berkesudahan, proses yang menjadi landasan keinginan yang sepatutnya diperjuangkan bersama!

Seharusnya kebersamaan adalah simbol pemersatu komunitas yang takkan mati bahkan jika mentari tak bersinar!

Ilmu logika!
Jika dan hanya jika aku anggota HMS, maka seluruh anggota HMS adalah saudaraku!

Ilmu logika!
Jika dan hanya jika aku anggota HMS, maka ketua himpunan adalah pemimpinku!

*

Kau harus merasakannya secara langsung jika ingin mendapat greget-nya.

Ayo tunjukkan kehangatan, keterbukaan, dan kedewasaan kepada mereka.
Tunjukkan bagaimana seorang kakak bersikap.

Selamat datang, adikku, HMS 2009.

Senin, September 20, 2010

The Free Fall Man

Sebuah tweet gue pada malam minggu galau tanggal 18 September 2010:
"Kalau sekarang beli shampo, sekarang gak makan. Kalau sekarang makan, besok gak keramas. Ambil duit jauh. Hidup itu memang pilihan ya".

Ada tiga orang yang me-reply tweet gue.

@dizaartama
"beli shampo trus lo gadoin dikit, terus bsk keramas, bisa kan 2 2nya?"
(Oh shampo emang bisa digadoin banget sih, Diz. Makasih ya. Haha.)

@risastrosubroto
"Makanya beli sepeda. Segala lebih cepat. Semua bisa didapat. (y) (y)"
(Naon eta teh? Alhamdulillah sudah ada, Bos!)

@tiarakami
"ngomong2 ttg pilihan ya gan, ada renungan menarik yg pernah gw temukan. ttg 'the falling man' pas 9/11. Mau liat?"
(Mana mana? Mau dongski!)

Yang paling bener komentarnya kayaknya Indah Mutiara Kami. Haha. Lanjut. Akhirnya dia memberikan sebuah link yang berisi semacam artikel di tumblr. Karena blogger tidak bisa reblog seperti tumblr, kira-kira isinya seperti ini.
Gambar apa itu? Itu adalah gambar salah seorang yang memutuskan untuk meloncat dari jendela Menara Utara pada peristiwa 9/11. Orang-orang menyebut mereka 'Jumper'. Dia memilih untuk (tewas) terjun bebas daripada (tewas) 'dimakan' asap atau tertimbun puing. Beberapa orang menilai mereka adalah pengecut sedangkan beberapa menilai mereka sebagai simbol tragis dari peristiwa 9/11. Kenyataannya, itu adalah pilihan yang sulit, tidak semua orang bisa memutuskan sebuah keputusan di situasi yang terdesak.

Meeen, terkadang kita terlalu rewel untuk menentukan sebuah keputusan yang sepele. Termasuk gue.

Mengerjakan tugas mekanika tanah atau beton dulu
Hari ini pakai baju warna biru atau warna cokelat
Nonton di PVJ bareng temen SMA atau mengerjakan tugas besar irigasi
Wisata ke Lombok atau Bali
Beli shampo atau makan
Makan di Serbu Rame atau MCCF
Harus lanjut atau berakhir dengan pasangan

Imagine the choice this man had to make.

So, people. Make up your choice.

Anyway, thanks to Indah Mutiara Kami. Gue seneng nih diingatkan dengan cara yang baik. Ayo kita saling mengingatkan dalam kebaikan.
:D

Sumber

Rabu, September 15, 2010

Mudik

Mudik, sebuah kebiasaan unik di Indonesia tiap tahunnya. Jutaan orang kembali ke kampung halamannya untuk menemui sanak saudara mereka, melepas kerinduan. Exodus lebih tepatnya.

Pada tahun 1976, istilah mudik sudah tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta. Dalam kamus lain -Badudu-Zain (1994), dan Abdul Chaer (1976)- mudik diartikan sebagai 'pulang ke udik', atau pulang ke kampung halaman bersamaan dengan datangnya hari lebaran. Plus pemudik bukan hanya yang beragama Islam saja.

Di Jawa, mudik sangat kental dengan istilah mangan ora mangan waton kumpul (makan atau tidak makan yang penting bisa kumpul). Tradisi yang bagus sebenarnya karena mudik itu sendiri memanusiakan manusia, si pemudik. Bersilaturahim adalah orangnya, bukan embel-embel yang melekat pada diri pemudik. Tradisi ini membuat pemudik dan keluarga yang ditinggalkan bisa menerima dan menghargai satu sama lain, terlepas kondisi mereka. Itu idealnya.

Tidak berbeda dengan travelling, mudik menggunakan transportasi, akomodasi, dan lain-lain. Travelling melatih kita untuk lebih menghargai tempat dan orang yang ditemui selama dan di tempat tujuan perjalanan. Sepakat, traveller?

Begitu pula dengan mudik, kawan. Mudik 'memaksa' pelakunya saling bertoleransi. Mulai dari berdesak-desakkan membeli tiket, berada di dalam bus/kereta/kapal/pesawat, hingga macet di pantura/jalur selatan. Mudik seharusnya membuat pelakunya menjadi lebih dermawan. Setelah setahun banting tulang dan kerja keras di ibukota, mudiker kembali ke kampung halaman untuk membagi hasil rezeki. Membagi ya, bukan sekedar pamer.

Lebih dalam lagi, pemudik seharusnya bisa melihat apa yang kurang di kampung halamannya. Tidak hanya berbicara, pemudik seharusnya peka dan membangun kampung halamannya setiap tahunnya agar bisa berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Mudik bukan sekedar perekat tali silaturahim, tapi lihat prosesnya. Lihat perjalanannya. Perjalanan adalah kesempatan kita untuk bisa saling menghargai. Menghargai keluarga yang rindu akan anggotanya yang hilang. Menghargai. Persetan dengan berhasil atau tidaknya seseorang dalam perantauannya. Pemudik tidak sepantasnya tampil dengan penampilan semu di kampung halamannya.

Yang paling penting adalah berusaha mengerti apa yang dibutuhkan keluarga di kampung halaman.

Selamat menjadi pemudik tiap tahunnya, kawan.
Selamat menjadi musafir yang lebih bertanggung jawab, kawan.

-Endro Catur Nugroho
Let's travel (responsibly)

Sumber

Lego

Hello, everyone! It's a pleasure to meet you all again. It's Lego time!

Having a bit conversation about Lego with my friends in twitter, I'd like to explore more about this toy.

Lego. Who doesn't know Lego? Yeah, Lego is a construction toys. It was created by Ole Kirk Christiansen, a carpenter from Billund, Denmark. Lego in Danish means 'play well'. The name could also interpreted as 'I put together' and 'I assemble' in Latin. The Lego Group's motto is kun det bedste er godt nok which means 'only the best is good enough'. Lego has released thousands products of set themes in a variety of topics such as town and city, spaces, vikings, racers, bionicle, airports, star wars, batman, toy story, and many more.

Yup, enough for the little history. You can learn more here. Now I want to share my Lego thingy, I have some. So why don't you chek it out? Go!

1. Toa Tahu, Mistika (Bionicle)

2. Toa Tahu and Toa Lewa (Bionicle)

3. Chameleon Hunter (Exo-Force)

4. Padde and Sharky

Now that I crave for this thing below:
That (Lego) Buzz Lightyear is tremendously awesome! I must spend 380000 rupiah to get it. Darn. Anyway, where's Woody, Buzz?

Lego is a unique toy. I know Lego since I was in the kindergarten, I guess. Too bad I was too young at that time, I lost some parts of my Lego. Kids, blah. Lego is not a cheap toy now, you have to spend hundred thousand, even million rupiah to have it as your toy. Though it's expensive, my children should play Lego later! Haha!

Lego, create your own imagination, you're the director.

Selasa, September 14, 2010

Bukan Silaturahim

Ratusan orang 'bertamu' dalam acara Open House SBY di Istana Negara pada tanggal 10 September 2010. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, mereka juga melakukan hal yang sama di hari lebaran. 'Bertamu' ke tempat orang nomor satu di Indonesia, Presiden SBY. Antusiasme mereka begitu besar, begitu ingin melihat wajah SBY dan menjabat tangannya.

Usut punya usut, aku meragukan antusiasme mereka. Antusiasme mereka tidak tulus. Ternyata ada materi di balik itu semua. Selepas dari Istana Negara, mereka mendapatkan sebuah amplop yang berisikan uang sejumlah seratus ribu rupiah. Mereka rela berdesak-desakkan, bahkan bersama anaknya, demi sebuah amplop itu, bukan ketulusan menjumpai Bapak SBY.

Joni yang seorang tunanetra sudah terbiasa setiap tahunnya 'bertamu' menemui SBY. Saat itu sangat padat dan Joni memutuskan untuk mundur karena ia kelelahan. Akan tetapi malang menimpa Joni pada hari itu. Mungkin karena terdesak oleh banyak orang, Joni jatuh di antara keramaian. Jatuh, Joni tidak ditolong melainkan terinjak-injak oleh orang lain yang ingin 'bertamu' juga.

Joni diberikan pertolongan berupa bantuan pernapasan oleh petugas medis selama 10 menit. Sungguh malang, Joni tidak terselamatkan. Beritanya langsung menyebar ke penjuru nasional, mungkin internasional juga.

Miris.

Di sini ada dua pihak. Tuan rumah dan tamu. Menurutku, tidak seharusnya tuan rumah mengajarkan demikian, silaturahim hanyalah sekedar alibi. Mental minta-minta harus dihilangkan, bukan dikembangkan dan dibiasakan setiap tahunnya. Mental kerja keras lah yang harus digodok di Indonesia.

Pemikiran simpel. Pemikiran seorang mahasiswa kolot.

Silahkan Open House atau apapun itu namanya tapi jangan pernah mengiming-imingi rakyat dengan sebuah amplop berisi uang. Jaga pengertian silaturahim. Kalaupun tidak ada korban jiwa, aku merasa miris. Lebih miris lagi rasanya mendengar dan melihat adanya korban jiwa, Pak. Miris. Menurutku seperti itu, Pak.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan esensi dari silaturahim itu tetap ada.

Sumber 1
Sumber 2

Kamis, September 09, 2010

Al-Fatihah

Ramadhan 1431 Hijriyah sudah berakhir. Malam ini adalah malam takbiran. Besok seluruh umat Muslim di Indonesia akan Sholat Ied. Banyak permintaan maaf digital zaman sekarang, entah itu facebook, twitter, atau sms. Ada sebuah tulisan menarik yang ditulis oleh temanku, Gini Arimbi dan Ghazi Binarandi. Silahkan membacanya di sini dan di sini. Kedua tulisan itu mengungkapkan perasaanku. Terima kasih, teman.

Akan tetapi aku tidak akan membahas itu. Entah mengapa aku ingin menulis tentang Al-Fatihah, surat pertama dalam Al-Qur'an. Dulu aku diminta menghapal arti Al-Fatihah oleh sang guru ngaji. Katanya, setidaknya hapal lah arti surat yang selalu diucapkan minimal 17 kali dalam sehari. Bukan bermaksud menggurui, aku mau berbagi isi dari Al-Fatihah.


1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam

3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

4. Pemilik hari pembalasan

5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat


17 kali kita ucapkan dalam sehari. Yuk kita hapalkan artinya. Yuk kita resapi setiap maknanya. Semoga kita menjadi insan yang lebih baik. Amin.

Yuk kita saling mengingatkan dalam kebaikan.

Rabu, September 08, 2010

I am a Modeler

Posting kali ini akan mengisahkan kegiatan yang aku senang lakukan. Apa itu? Gundam Modeling. Sudah lama aku jatuh cinta dengan Gundam. Entah mengapa, merakitnya dan melihatnya berpose ada kesenangan tersendiri. Yaa namanya juga hobi. Sulit untuk dijelaskan.

Oke. Berbicara tentang merakit, dulu aku hanya melakukan snap-fit. Beli, rakit, dan pose. Sekarang aku mau maju ke tahap yang lebih pro. Airbrushing. Kata temanku, dengan meng-airbrush kita seolah-olah menghilangkan unsur plastik jadi si Gundam terlihat lebih nyata. Aku tidak akan memberikan tutorial di sini karena aku masih pemula. Hehe. Yang akan kuberikan di sini adalah beberapa gambaran kegiatanku di bidang ini.

Pertama, untuk memulai yang namanya airbrushing, Anda harus punya sebuah benda yang bernama (Mini) Air Compressor + Airbrush. Kira-kira bentuknya seperti ini:
Benda di atas aku beli seharga 800 ribu rupiah. Butuh kerja keras untuk menabung hingga mencapai uang sebesar itu. Aku membelinya di Lindeteves Trade Center. Mereknya MultiPro. Kalau mau lebih pro lagi, silahkan membeli merek Iwata dengan harga jutaan rupiah. Aku yang masih pemula cukup lah dengan yang ini.

Kedua, untuk naik dari tingkatan snap-fit, butuh peralatan ekstra dan cat tentunya.
Gambar di atas adalah thinner, putty/dempul, tamiya cement, dan cat primer kaleng.

Nah kalau yang ini adalah beberapa jenis cat. Cat sendiri dibedakan menjadi tiga tipe: lacquer, acrylic, dan enamel. Masing-masing punya karakteristik. Tidak boleh sembarangan, thinner-nya pun harus disesuaikan dengan jenis cat.

Ketiga, setelah siap dengan semua alat dan bahan, saatnya beraksi!
Sebelum cat yang berwarna, Gundam dicat dulu dengan cat dasar. Campur cat dengan thinner. Berapa rasionya? Di situ lah 'seni'-nya. Tidak ada rasio pasti sebenarnya. Feeling bermain di sini. Cat yang terlalu kental atau encer hasilnya tidak akan bagus bila digunakan. Butuh pengalaman untuk mengetahui apakah kadar cat dan thinner sudah pas. Namun kata temanku, kalau sudah sekental susu cair Indomilk berarti sudah bagus tuh. Mengapa Indomilk bukan Susu Bendera? Entahlah. Hehe.


Keempat, airbrushing!

Fungsi yang berlaku di sini (duileh) adalah tekanan kompresor dan jarak cat. Sebenarnya paling enak jika kita punya ruangan sendiri dan meja khusus jadi tidak perlu duduk di lantai seperti yang aku lakukan. Hehe. Kenapa aku pakai masker? Bau cat sangat tidak sedap dan bisa merusak organ pernafasan dalam jangka waktu yang lama. I love my lungs, dude.

Aku punya beberapa rekomendasi halaman di internet yang bisa kita gunakan sebagai acuan. Semacam tips dan trik. Plus aku tahu di mana sebaiknya membeli Gundam atau peralatannya. Silahkan hubungi aku jika berminat dan mari kita saling berbagi. Aku masih pemula di sini. Hehe.

Kira-kira seperti itulah gambaran dari hobiku. Ada kesenangan tersendiri saat melakukan hobimu kan? Don't judge me as if I were such a childish then.

In my humble opinion, Gundam is cool. But I'm not that Japan freak, oke? Haha.

Ini hobi gue.
Apa hobi lo?

Sabtu, September 04, 2010

Arcavatara

Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai wujud Para, Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu.

Suatu pagi di akhir bulan Juni. Kegiatan akademik sudah usai untuk semester itu. Indeks sudah terpapar di situs internal ITB. Oh damainya aku berada di Jakarta, tidak ada beban sama sekali. Tiba-tiba datang sebuah SMS.

Isinya, kurang lebih: "Gan, mau bantuin gue gak ngurusin stand OHU?"

SMS itu datang dari Hari Triwibowo, Sipil 2008, Unit Kesenian Minangkabau. Pikir, pikir, lalu dipikir. Bingung juga liburan 2 bulan akan kuhabiskan di mana, aku terima tawaran itu.

BAM!

Berangkatlah seorang Gandrie ke Bandung. Ibunda heran, kenapa masih libur tapi kok sudah ke Bandung? Sesampai di Bandung aku bertemu dengan panitia inti lainnya. Konsep OHU 2010 secara umum sudah ada dan saat itu sedang roadshow ke unit-unit. Oke, aku masuk ke zona baru yakni orang-orang baru dan kegiatan yang baru.

Tadinya aku adalah wakil bidang stand namun karena suatu dan lain hal, aku yang menangani divisi stand non-unit. Ternyata seru sekali menjalani kegiatan ini. Begitu banyak tantangannya. Terlebih lagi dengan adanya K3L yang membuat kami harus ekstra kerja keras terutama di bidang perizinan.

Stand di OHU tidak hanya untuk unit saja tapi juga ada non-unit. Aku senang sekali bisa berhubungan dengan banyak pihak di divisi ini. Ada KM, MWA, Motekar, TBI, NATC, D'Cinnamons, AIESEC, dan pihak lainnya. Tugasku di sini adalah melayani mereka yang ingin membuka stand. Di divisi ini aku juga dituntut menghasilkan uang. Alhamdulillah tercapai targetnya.

Aku senang.

Aku senang bisa bergabung dalam kepanitiaan ini. Aku bertemu dengan tim inti yang luar biasa. Seorang Gandrie yang tadinya tidak tahu apa-apa tentang OHU, dirangkul. Seorang Gandrie yang tidak pandai berargumen dalam sebuah diskusi, dirangkul. Seorang Gandrie yang tidak bisa melawak dan mencairkan suasana di depan umum, dirangkul. Oh terima kasih, teman-teman!

Suka, duka, bahkan cinta ada di dalam kepanitiaan ini.

Arcavatara!
Have a nice flight!
Super OHU 2010!
Sssooooohh!

Akhir kata, aku ingin mengutip pernyataan seorang Hari Triwibowo.
"Tujuan Bow ikut kepanitiaan ini sebenarnya buat nambah temen aja, Gan. Kalo nambah skill organisasi mah alasan klasik, itu bonus aja kali. Bow mau nanti di mana pun Bow berada setidaknya ada orang dari ITB yang Bow kenal".

Selasa, Agustus 17, 2010

Victory Lap

Pagi hari pada tanggal 16 Agustus 2010 Cucu tiba-tiba memberikan pernyataan padaku via Yahoo Messenger. "Gan, nanti jam 12 malam kita victory lap merayakan kemerdekaan Indonesia". Wah aku kaget bukan kepayang.

Victory lap itu semacam lari-lari kecil mengelilingi kampus yang biasa diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil ITB. Victory lap pertama angkatan 2008 adalah beberapa hari setelah kami dilantik menjadi HMS. Waktu itu kami lakukan sore hari hingga menjelang maghrib.

Akhirnya aku memutuskan, masa bodo dengan pukul 12 tengah malam, ini acara setahun sekali, aku datang saja. Setelah menyelesaikan LPJ OHU, aku ke kampus bersama dengan Ghazi pukul setengah 12 malam. Sesampainya di himpunan kami santai-santai dulu, entah itu ngobrol atau main ping-pong.

Pukul 12 malam kami dibariskan dalam dua banjar. Dengan sepatu keds dan jaket himpunan yang melekat di badan, kami bersiap-siap untuk victory lap. Sebelumnya kami di-briefing untuk serius dalam melakukan hal ini. Kami diminta untuk membayangkan pejuang kemerdekaan melihat keadaan Indonesia yang sekarang.

Sigh, awalnya aku biasa saja. Barisan mulai berjalan. Bendera HMS dikibarkan di depan barisan oleh Afriansyah Putra dan Cucu memimpin menyanyikan lagu kebangsaan mulai dari 17 Agustus, Bangun Pemudi-Pemuda, Bendera Merah Putih, dan lain-lain.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang berbeda.

Kami, pasukan hijau tua, menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat, dengan semangat untuk lagu tertentu bahkan hingga urat di leher ini tampak ke permukaan. Saat itu sedikit hujan lalu aku melihat ke atas jalan CC. Seolah-olah pohon-pohon besar itu menyambut kami.

Perasaan itu tidak bisa dijelaskan. Entah itu senang, sedih, atau terharu.

Suara kami tetap menggema di 4 Labtek lalu kami sampai di Plaza Widya. Pasukan hijau tua berbaris memanjang. Hari Triwibowo, sang komandan lapangan, berdiri menjulang tinggi untuk berorasi. Aku mendengarkan setiap perkataannya.

Selanjutnya pasukan hijau tua bergerak ke arah gerbang depan. Kami melewati bapak satpam dengan senyuman. Haha bagus sekali mereka juga menyambut senyum kami, bukan mengusir seperti K3L. Kami berbaris di depan Sang Saka Merah Putih. Mungkin dinginnya udara menyebabkan bendera itu malas untuk berkibar. Kami menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya!

Amri Sanusi, sang Kahim, memimpin hormat kepada Merah-Putih dengan suara lantangnya. Lagi-lagi perasaan ini tidak bisa dijelaskan. Pasukan hijau dimobilisasi kembali ke arah himpunan kami. Lalu kami berkumpul di selasar BSC A untuk diskusi mengenai kemerdekaan.

Simpel saja, apa yang telah kita perbuat untuk Indonesia?
Sebagai tambahan, sesuatu yang simpel itu tidak selamanya mudah.

Minggu, Agustus 15, 2010

Bagai Pinang Dibelah Lima!

Gambar di atas adalah foto aku, Gandrie Ramadhan, seorang mahasiswa Teknik Sipil ITB angkatan 2008. Perhatikan wajahku, hidungku, bibirku, mataku, dan mulutku. Yaa intinya perhatikan gambar di atas. Sudah? Bagus. Sekarang akan saya tampilkan beberapa foto yang katanya mirip dengan seorang Gandrie. Cekidot, Gan!

1. Satwiko Wirawan Indrawanto
Biasa dipanggil Iko, seorang mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2008. Aktif di Liga Film Mahasiswa.

2. Faisal Wicaksono
Faisal adalah seorang pemain piano. Dia adalah mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2007.

3. Muhamad Yasir Syawaludin
Yasir adalah mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2007. Dia adalah ketua tim senator HMS.

4. Yuamar Imarrazan Basarah
Biasa dipanggil Yuma. Teknik Sipil angkatan 2006 ini sudah lulus dengan predikat cumlaude.

Pertanyaannya adalah, apakah aku memang mirip dengan mereka?
Foto diambil dari akun facebook masing-masing.
Sorry for the stalking. Hehe.

Kesimpulannya.
Mukaku pasaran.

Haha.

This post is just for fun. Enjoy. :D