Kamis, Juli 02, 2015

Memikat Burung Liar

Suasana dari balik jendela kamar di Leeds
Pemilihan lokasi hunian adalah salah satu faktor penting dalam perencanaan pergerakan sehari-hari. Oleh karena itu, saya memilih akomodasi yang dekat dengan kampus agar bisa pergi-pulang jalan kaki. Tujuannya hanya satu, meminimalisasi ongkos alias hemat. Hidup mahasiswa! Akomodasi dengan gedung kuliah hanya terpaut sekitar 500 meter. Jika kuliah pertama dimulai pukul 09:00, maka saya berangkat pukul 08:55.

Beruntung sekali dengan jarak sehari-hari yang dekat ini. Selain menyehatkan, ada yang menarik dari koridor jalan yang selalu saya lewati. Ada sebuah rumah yang menggantungkan benda yang tidak biasa di pekarangannya. Hingga akhirnya saya tahu niatan sang penghuni: menarik burung liar! Benda yang digantungkan itu berisi pakan burung dan ada pula yang berisi air.



Mengamati burung liar (bird watching) adalah lumrah dan bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ketimbang memenjarakan burung di dalam sangkar, lebih baik berikan kebebasan dan cukup pikat mereka dengan pakan dan air. Sebagai balasan, penghuni rumah mendapatkan pemandangan lestari serta ciutan merdu tepat di halaman depan. Suatu hal yang langka, apalagi di kota urban.

Pakan burung dan bukan air soda
Gaya kebarat-baratan ini coba saya tiru di Jakarta. Saya membeli tempat pakan dan minum khusus yang harus diintegrasikan dengan botol minum bekas.

Apa hasilnya seminggu pertama? Duh, nihil. Namanya juga usaha!

Tadinya saya curiga pakan biji-bijian kurang menarik burung gereja di Jakarta. Sebelum mengganti jenis pakan, saya coba jalan lain: letakkan wadah di dasar, jangan digantung.
Suasana dari balik jendela kamar di Jakarta
Berhasil!

Setiap burung punya karakteristiknya sendiri. Burung Leeds jelas berbeda dengan burung Jakarta!
Bagi yang berminat melakukan hal serupa, ditunggu pengalaman dan tipsnya, ya!