Selasa, Mei 04, 2010

Imam Sholat

Imam adalah pemimpin. Imam sholat berarti pemimpin sholat. Aku mau mengeluarkan semua keluh kesahku. Loh, apa hubungannya? Sebenarnya ada satu masalah yang sangat mengganjal. Semua itu berawal dari mushola di CC Barat ITB.

Aku pernah mengalami dua jenis kondisi pada hari yang berbeda di mushola CC Barat. Kebetulan keduanya saat sholat Maghrib. Kondisi pertama adalah aku menjadi makmum dan kondisi kedua adalah aku menunggu karena mushola sedang penuh. Yang ingin aku katakan adalah imamku saat itu lamaaa sekali. Lamaaaa sekali.

Kalau aku tidak salah, ada suatu hadits yang mengatakan kalau Nabi Muhammad menjadi imam, maka Beliau akan menjadi imam yang tidak terlalu lama sholatnya. Aku yakin Islam bukan seputar ibadah saja, tapi juga ada aspek sosial di setiap ibadah yang dilaksanakan. Naaah, menurutku, untuk ukuran mushola CC Barat, sangat tidak pas jika durasi sholatnya terlalu lama. Ada tiga alasan dan akan aku bandingkan dengan Masjid Salman.

Pertama
Bung imam, ini bukan Masjid Salman di mana aku bisa sujud dengan nikmatnya di atas lantai berlapis kayu. Ini mushola CC Barat, aku bersujud di atas sajadah yang lembab dan kadang berbau tak sedap.

Kedua
Bung imam, ini bukan Masjid Salman di mana ruang untuk sholat terbentang dengan luasnya. Ini mushola CC Barat, ruangnya sempit dan sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik.

Ketiga
Bung imam, ini bukan Masjid Salman di mana tidak ada antrian untuk sholat. Ini mushola CC Barat, jika kau sangat lama maka akan terjadi antrian panjang di tempat wudhu dan jalan menuju tempat sholat.

Oh, imam! Aku tahu hapalanmu sungguh luar biasa. Aku tahu kau bisa melantunkan ayat Al-Qur'an dengan indahnya. Aku tahu yang kau incar adalah kekhusyukan. Tapi tidakkah kau sadar ada aspek sosial di luar itu semua? Bukankah seharusnya seorang imam memiliki kepekaan kepada pengikutnya?

Oke cukup. Sepertinya tulisanku semua di atas adalah sebuah keluhan yang tak tersampaikan.

Mengutip pernyataan Ghazi:
"Seseorang yang meninggalkan jejak, menulis cinta, dan menumpahkan isi pikirannya dalam dunia maya. Karena ia adalah pengecut dunia nyata."

Ya, aku adalah seorang pengecut dunia nyata.

3 komentar:

Annisa Jumaniar mengatakan...

Hah, gue juga dong? Pengecut dunia nyata.tidaaak.

pemuda perubahan mengatakan...

ah, itu mah tergantung dari sisi mana lu liat. bisa juga kan berani ngomong di dunia maya dan tetap berani di dunia nyata?

btw, gan, kalo sesuatu lu anggap bener, bicarakan. karena andai kata itu salah, kesalahan lu ngga menjerumuskan lu ke jurang yang lebih dalam. andaikata itu bener, berarti lu baru saja menyadarkan seorang anak manusia ke jalan kebenaran.



semangat mabrooo!!

Gandrie Ramadhan mengatakan...

@jum-jum: santai lah. itu ekstremnya. masih mending kita berani ngungkapin, daripada dipendem. itu yang gak baek. haha.

@pari: pemuda perubahan. anjir namanya gahar lah.
pengecut dunia nyata emang ekstrem banget, hee.
itu dia, par. waktu itu gue pengen ngomong langsung ke orangnya, tapi gak sempet. udah ilang duluan.
masukan anda sungguh berarti. thanks, sob.