Sabtu, Mei 08, 2010

Pagelaran Seni Budaya ITB 2010

Sewaktu aku masih TPB (tahun pertama) di ITB, aku selalu parkir di parkiran Utara. Hampir setiap hari kuliah dimulai pukul 7 pagi. Dari parkiran Utara, aku menuju GKU (Gedung Kuliah Umum) Barat atau sesekali Timur, tergantung aku kuliah apa pada waktu itu. Untuk mencapi GKU, aku selalu melewati suatu kawasan yang bernama Sunken Court. Entah mengapa namanya Sunken Court, mungkin ada sejarahnya sendiri.

Sunken Court adalah suatu kawasan di Utara ITB yang isinya adalah sekretariat berbagai macam unit. Mataku selalu tertuju pada UKSU (Sumatera Utara) dan MUSI (Sumatera Selatan) selagi aku berjalan menuju GKU. Selain itu ada juga unit Loedroek (Jawa Timur), UBALA (Bandar Lampung), dan lain-lain. Pikiranku pada saat itu mengatakan, "unit kedaerahan kayak gini mah cuman bakal bikin ITB terkotak-kotakkan".

Akan tetapi, pikiranku itu adalah pikiran kolot. Aku baru sadar setelah aku menyaksikan PSB dengan mata kepalaku sendiri. Dengan adanya berbagai macam unit kesenian kedaerahan, wajah ITB semakin cerah penuh warna. Berbagai macam unit seni dan budaya, dari Sabang hingga Merauke, telah diblend alias dicampur dalam sebuah event bernama PSB ITB 2010.

Inilah kekayaan budaya Indonesia.
Mereka memiliki karakteristik tersendiri, berbeda dengan yang lain namun tetap satu Indonesia.

Inilah kekayaan Institut Teknologi Bandung.
Walaupun berbeda suku, walaupun berbeda program studi, hal itu bukan halangan untuk bersatu di bawah lambang Ganesha.

Aku melihat temanku orang Aceh menarikan saman. Aku melihat temanku orang Jawa Tengah memainkan gamelan. Aku melihat temanku orang Jawa Timur mementaskan ludruk. Aku melihat temanku orang Jawa Barat memainkan angklung. Aku melihat temanku orang Bali memainkan gamelan Bali. Aku melihat temanku orang Sulawesi, Kalimantan, dan Papua menarikan tari yang aku lupa namanya. Mereka semua adalah temanku.

Mata ini takjub melihat mereka tampil. Bulu kuduk ini merinding ketika mereka melenggak-lenggok di atas panggung. Bahkan air mata ini sempat menjebol bendungan yang ada di kelopak mataku.

Arogansi itu memang harus ada. Silahkan kau bangga dengan himpunanmu, silahkan kau bangga dengan status kedaerahanmu. Kau harus bangga akan itu, tapi ingat jangan sampai arogansi itu berlebihan. Itulah yang akan memecah belah kita, kawan.

Aku bangga menjadi orang Indonesia. Aku bangga menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.


Agaknya pemuda Indonesia zaman sekarang memerlukan siraman budaya pribumi, tidak hanya konser band luar negeri seharga ratusan ribu rupiah itu.
-Gandrie

2 komentar:

pemuda perubahan mengatakan...

aku bangga jadi mahasiswa UGM. hahahahaha!!!

Gandrie Ramadhan mengatakan...

bagus!
kau harus bangga dengan almamatermu, sob!
teruskan!