Sabtu, Juni 25, 2011

Angkot dan Bayi

Senin, 13 Juni 2011

Pagi itu biasa saja di Balikpapan. Empat orang yang sudah mandi dan berpakaian rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Aku, Ari (Sipil '08), Andrew (Mesin '08), dan Ganies (Tekim '08). Dari kosan ke kantor hanya sekali naik angkot. Kami berjalan ke jalan raya untuk memberhentikan angkot.

Angkot pertama datang dan hanya muat untuk dua orang lagi. Ari dan Ganies yang naik. Aku dan Andrew harus menunggu angkot berikutnya. Tak sampai lima menit, angkot pun tiba. Sebagai informasi, angkot di Balikpapan tidak seperti angkot di Jakarta atau Bandung. Konfigurasi tempat duduknya tidak menyamping melainkan ke depan seperti travel Cipaganti. Jalan lah angkot yang kunaiki itu.

Beberapa saat kemudian, angkot ke pinggir untuk menaikkan penumpang. Di sini segala keanehan hari bermula. Dua orang yang naik, laki-laki dan perempuan berumur sekitar 30-an. Sebut saja mereka dengan inisial 'L' dan 'P' di blog ini. L menggendong P masuk ke dalam angkot. Mereka duduk di paling belakang. Aku berpikir kalau P sedang sakit. Dugaanku benar, "Klinik dekat Kebon Sayur, Pak. Agak cepat ya", ucap L ke supir angkot. Kebon Sayur adalah nama daerah di Balikpapan, jaraknya lumayan jauh dari tempat L dan P naik angkot.

Tiba-tiba terdengar suara 'DERRR'. P selonjoran di belakang angkot. P mulai mendesah. "Percepat, Pak, Sudah mau keluar", tegas L. Wah, P mau melahirkan lah. Aku tidak menyangka pasalnya, sepenglihatanku, perut P datar dan tidak menunjukkan kalau dia sedang hamil. L ternyata siaga (siap, antar, jaga). L sudah membawa sarung, kain, dan lain-lain. Andrew duduk tepat di samping selonjoran kaki P. Andrew diminta memasangkan sarung ke P. Aku yang duduk di samping Andrew hanya bisa menunjukkan rasa panik dengan diam, melotot, dan tangan kanan menutup mulut.

Kebon Sayur terlalu jauh, akhirnya diputuskan angkot melaju ke rumah sakit terdekat, RS Bhayangkara. Tanpa ragu-ragu, supir angkut menekan tuas gas lebih dalam. Untungnya, ada seorang perempuan lain di belakang. Dia membantu proses persalinan. Tak lama kemudian terdengar suara 'OEEKKK'.

Anak manusia itu lahir di dalam angkutan kota.

Aku tak melihat proses bayi itu keluar dari rahim sang ibu tapi, yang jelas, aku melihat bayi itu ketika dia sudah berada di luar (lantai angkot). Menurutku, bayinya cukup besar dan masih kemerah-merahan. Sesampainya di RS Bhayangkara, suster datang mengangkat bayi dan memotong tali pusar. Bayi itu dibawa masuk ke dalam rumah sakit, begitu pula dengan P dan L. Katanya bayi itu berjenis kelamin laki-laki. Akan tetapi masalah belum selesai. Lantai angkot dipenuhi dengan darah merah yang kental. Pak supir menyiramnya ke luar dengan botol air mineral.

Angkot kembali beroperasi sesuai dengan rute yang seharusnya. Sampai lah kami di depan kantor. Aku dan Andrew hanya bisa cengar-cengir.

Pagi yang menakjubkan! Wild Borneo!

No picture = Hoax? Potong lidahku jika aku berdusta.
Nantikan kisah Borneo selanjutnya!

3 komentar:

Alif Ramdhani Suyanto mengatakan...

sepertinya si L akan berpikir untuk membeli mobil sebelum dia berpikir untuk "membuat" yg kedua.
menarik gan!

iota-diamond mengatakan...

gan. aduh. gan.


:')
elo emang taik.

Gandrie Ramadhan mengatakan...

@Alif Beuh, itu anak kedua, Nyong! Gak habis pikir gue, gak belajar dari pengalaman euy! Haha.

@Iota Yot, yot, yooot. Balik ke Balikpapan lo! Haha.