Rabu, April 18, 2012

Dragons

Once there were dragons.
Imagine a time of dragons –some larger than mountainsides, slumbering in the depths of the ocean; some smaller than your fingernail, hopping through the heather.

Sebuah prolog yang ditulis dengan anggun oleh Cressida Cowell di salah satu seri buku How to Train Your Dragon. Sangat jelas kalau Cowell mengajak pembaca untuk berfantasi tentang keberadaan naga. Siapa yang tidak tahu naga? Sejak kecil, saya selalu membayangkan seekor naga adalah makhluk mitologi yang bertubuh besar, kekar, bersisik, berleher panjang, bersayap, dan bisa menyemburkan api dari mulutnya.

Layaknya Cowell, saya juga terpesona dengan naga. Makhluk magis ini seringkali diceritakan memiliki elemen bumi, udara, air, atau api. Makanya saya sangat suka dengan segala hal yang berbau tentang naga di video game, buku, atau figure.

How to Train Your Dragon (Books).

Seri buku ini termasuk kategori anak-anak. Agak aneh memang ketika seorang yang berumur 20-an membaca buku ini. Namun, saya tidak peduli. Saya suka dengan naga dan dengan membaca buku ini dapat meningkatkan linguistik Inggris saya. Tanpa disangka-sangka, saya mendapat bonus berupa nilai-nilai positif kehidupan yang sengaja diselipkan oleh Cowell dalam seri buku ini. Menurut saya, Cowell sangat brilian dalam mengombinasikan fantasi dan realita dalam bentuk untaian kata-kata. Perpaduan dua hal itu membuahkan karya nyata yang manis dan merupakan oase bagi mereka, terutama anak-anak, yang haus dengan fantasi.

Terdapat sepuluh buku dalam seri ini. Hingga tulisan ini diturunkan, saya sudah punya delapan dan membaca tujuh. Buku kesembilan sepertinya sudah ada di Indonesia, namun buku kesepuluh baru akan terbit tahun ini (2012). Pertama kali saya membeli buku kesatu versi Indonesia. Tamat, lalu saya membeli buku kesatu versi Inggris. Selanjutnya saya membeli versi Inggris karena lebih menikmati setiap kata-katanya.


Buku ini menceritakan petualangan Hiccup Horrondeus Haddock III. Tidak seperti kebanyakan Viking yang (selalu) mengandalkan otot, Hiccup mengedepankan berpikir sebelum bertindak. Ya, Viking terkenal dengan suku barbar yang meneror siapapun di darat maupun laut. Hiccup terlahir berambut merah dan sangat kurus. Kemampuan yang bisa dibanggakan Hiccup hanya berpedang; sisanya berantakan. Sebagai tambahan, Hiccup dianugerahkan bisa berbahasa naga. Seperti yang tadi saya bilang, banyak segi positif yang bisa dituai dari cerita ini: ukuran bukanlah segalanya, keberanian, persahabatan, perjuangan, kerja keras, kesabaran, berpikir taktis, dan lain-lain. Anak-anak butuh fantasi! Anak-anak butuh penyampaian nilai positif kehidupan dengan cara yang unik. Setidaknya saya akan mendongengkan kisah naga ini ke anak saya nanti. Haha.

Perbedaan antara buku dengan film.

Ini adalah kali pertama saya membaca buku terlebih dahulu lalu menonton sebuah film yang mengadopsi cerita dari buku tersebut. Ditinjau dari segi cerita dan karakter, terdapat perbedaan yang sangat nyata. Di buku pertama, naga-naga ditangkap untuk dilatih, sedangkan di film terjadi peperangan antara naga dengan Viking dan pelatihan naga baru dijalankan setelah Hiccup menunjukkan kalau mereka bisa dilatih. Perbedaan berikutnya yang mencolok penggambaran Toothless (naga milik Hiccup) sebagai seekor naga bernama Night Fury yang merupakan spesies langka, cerdas, dan bisa ditunggangi. Toothless di buku digambarkan sebagai naga biasa sebesar kucing. Yang terakhir, di film Hiccup tidak bisa berbahasa naga.

Terlepas dari banyak perbedaan, film How to Train Your Dragon sangat jempolan! Tak heran rating di IMDb sebesar 8.2. Cowell menyetujui perbedaan-perbedaan itu dan mengatakan kalau intisari dan pesan yang ada di buku tetap tersampaikan di film. Tunggu How to Train Your Dragon 2 pada tahun 2014! Asik!

Figure.

Berhubung saya juga suka dengan Lego, saya punya Lego Creator 6751 Fiery Legend! The great red dragon! Awesomeness! The guardian of my desk!


Proyek berikutnya adalah Lego Creator 4894 Mythical Creature! Aduh tapi yang satu ini mahal. Mari nabung!

Once there were dragons.
Yes, there were dragons.

Tidak ada komentar: