Selasa, Januari 22, 2013

Keakuan

Ke-aku-an.

Hampir dua puluh tiga tahun saya hidup di dunia ini. Betapa banyak saya temukan orang hebat yang memiliki idealisme dan cara pandangnya masing-masing. Di sisi lain, betapa jarang saya temukan orang hebat yang berhasil mengerem rasa keakuan yang ada di dalam dirinya.

Maksud saya, mereka berdiri sendiri seolah-olah merasa menjadi satu-satunya senjata ultimate untuk pembenahan semua kekacauan yang ada sekarang dan masa depan. Kebanyakan mencap dirinya sudah baik dan benar, tetapi tidak memandang individu lain di sekitar mereka. Terlebih lagi yang tidak sepaham dianggap hina dan tolol.

Rasa keakuan yang terlampau tinggi bahkan bisa berujung ekstrem: pemusnahan massal bagi mereka yang tidak sepaham dengannya. Padahal dalam agama saya tertera bahwa Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, bukan saling memusnahkan.

Saya sih tidak peduli dengan mereka yang bertato di sekujur tubuh, dengan mereka yang tidak beragama, dengan mereka yang berpoligami, bahkan dengan mereka yang mengubah kelaminnya. Orang-orang hebat yang saya sebutkan tadi kebanyakan mencap mereka sebagai suatu entitas yang suram dan tidak layak hidup. Kasus-kasus yang saya sebutkan termasuk kondisi ekstrem sih.

Nah, yang saya tekankan adalah dalam kehidupan sehari-hari bahkan terdapat hal sepelejauh dari kasus ekstrem yang telah saya sebutkanyang tetap membuat rasa keakuan itu tinggi sekali. Ah, malas betul berinteraksi dengan orang semacam ini. Keakuannya tinggi sekali! Seolah dia membangun benteng virtual yang mampu menahan pendapat, selera, ide, dan pemikiran yang berasal dari luar.

Mari berusaha melihat orang secara objektif atau berdasarkan apa yang telah dia perbuat. Bukankah selama seorang tidak mengganggu, bahkan bermanfaat, dia layak mendapat perlakuan yang sama, yang adil di mata masyarakat?

Gusti Allah mungkin heran karena banyak ciptaan-Nya yang berbeda-beda tapi hendak disamakan oleh manusia.
-Ndoro Kakung

Tidak ada komentar: