Entah apa nama tanaman di atas, yang jelas, ada dua buah pot berisikan tanaman tersebut di halaman atas rumah. Keterbatasan lahan membuat penghijauan menggunakan media tanah di dalam pot menjadi solusi alternatif bagi rumah di kawasan padat penduduk.
Semua tanaman rutin disiram dua kali sehari, pagi dan sore. Ia tumbuh ke atas dan ke samping. Batang utama tumbuh ke atas dan selang beberapa waktu tumbuh pucuk yang siap menjadi cabang yang berdaun ke samping.
Ternyata, tanaman yang sama sering ditemukan di sudut-sudut ibukota dengan versi yang jauh lebih besar. Foto di atas adalah jenis tanaman yang sama seperti foto pertama dan diambil saat hari bebas kendaraan bermotor. Apa perbedaannya?
Oh jelas, tanaman pada foto kedua memiliki batang yang lebih kokoh dan daun yang lebih rimbun. Di dalam tanah, tidak terlihat, terdapat akar yang lebih masif dan kuat. Mengapa bisa? Karena pot, sebuah batas.
Kasus ini bisa menjadi berbagai analogi dalam kehidupan. Intinya, agar bisa memberikan manfaat yang lebih luas (lebih rimbun), batang harus kokoh dengan pondasi akar yang kuat.
Poin yang paling penting, pot itu adalah sebuah batas, sebuah kekangan. Lepaskan batas karena potensi manusia lebih daripada apa yang sekedar dipikirkan. Ia tidak terbatas.
Minggu, Desember 06, 2015
Senin, November 30, 2015
Komunitas
Mayoritas orang berhadapan dengan jam kerja rutin dari Senin hingga Jumat. Hal ini sebaiknya diseimbangkan dengan kegiatan lain sebagai penangkal rasa monoton. Di tengah Jakarta yang terasa itu-itu saja selama hari kerja, terdapat berbagai macam komunitas yang bisa diikuti sesuai dengan preferensi pribadi. Saya sendiri sangat menikmati bisa tergabung dalam komunitas futsal, tinju, dan sepeda lipat. Syarat utamanya hanya satu: berani mencemplungkan diri!
Futsal AECOM |
Tinju pagi |
Bakar-bakar geng tinju |
Gowes @Kebun Raya Bogor |
Terus bergerak!
Kamis, November 19, 2015
Cornwall
Sampai juga di rumah setelah berjejalan di dalam Bus Transjakarta yang pendingin udaranya tidak berfungsi. Makan, mandi, lalu merebahkan badan di atas kasur sembari menonton televisi. Setelah beberapa kali mengganti saluran televisi, pencarian terhenti karena birunya laut pada tayangan Nat Geo People yang berjudul Charlie Luxton's Homes by the Sea.
Saya sempat termenung sesaat karena yang sedang dibahas adalah rumah tepian pantai di Cornwall, sebuah daerah peninsula di sebelah Barat Daya Inggris. Tayangan ini mengingatkan saya dengan memori liburan Paskah tahun 2014 yang nyaris satu bulan. Tepatnya 15–18 April 2014 saya menyempatkan menjelajah Cornwall di tengah badai tugas yang melanda. April adalah waktu yang tepat karena cuaca sangat cerah dan bersahabat. Namun, tetap saja angin pantai mengharuskan saya yang orang tropis ini memakai jaket!
St. Ives |
Minack Theatre |
Saya akan ke sana lagi.
Minggu, September 20, 2015
Satu Sisi
Konon, kita tercipta dalam dunia yang memiliki dua sisi. Sebut saja pandawa-kurawa, fajar-senja, darat-laut, sinonim-antonim, dan seterusnya.
Ada sepenggal munajat yang selalu teringat karena repetisi mingguan sewaktu upacara sekolah dasar. Saya yang dulu masih bocah SD terkadang tergelitik sendiri mendengar "haqqa-haqqa" dan "batila-batila" yang selalu dibacakan dalam penutup upacara. Ternyata, rasanya tidak cocok dijadikan bahan candaan.
Tunjukkan yang benar itu benar dan berikan kami kemampuan untuk menjalaninya.
Tunjukkan pula yang salah itu salah dan berikan kami kemampuan untuk menghindarinya.
Hitam-putih semakin kabur, malah abu-abu yang semakin pop. Ada masanya kita harus memilih tempat berpijak pada satu sisi. Hidup itu layaknya durian! Ketika mengalir nafas memperjuangkan sesuatu—terlepas dari benar-salah dan baik-buruk—setidaknya akan ada titik terang penjelasan kenapa kita tercipta.
Semoga langkah ini tidak keliru.
Ada sepenggal munajat yang selalu teringat karena repetisi mingguan sewaktu upacara sekolah dasar. Saya yang dulu masih bocah SD terkadang tergelitik sendiri mendengar "haqqa-haqqa" dan "batila-batila" yang selalu dibacakan dalam penutup upacara. Ternyata, rasanya tidak cocok dijadikan bahan candaan.
Tunjukkan yang benar itu benar dan berikan kami kemampuan untuk menjalaninya.
Tunjukkan pula yang salah itu salah dan berikan kami kemampuan untuk menghindarinya.
Hitam-putih semakin kabur, malah abu-abu yang semakin pop. Ada masanya kita harus memilih tempat berpijak pada satu sisi. Hidup itu layaknya durian! Ketika mengalir nafas memperjuangkan sesuatu—terlepas dari benar-salah dan baik-buruk—setidaknya akan ada titik terang penjelasan kenapa kita tercipta.
Semoga langkah ini tidak keliru.
Kamis, Juli 02, 2015
Memikat Burung Liar
Suasana dari balik jendela kamar di Leeds |
Beruntung sekali dengan jarak sehari-hari yang dekat ini. Selain menyehatkan, ada yang menarik dari koridor jalan yang selalu saya lewati. Ada sebuah rumah yang menggantungkan benda yang tidak biasa di pekarangannya. Hingga akhirnya saya tahu niatan sang penghuni: menarik burung liar! Benda yang digantungkan itu berisi pakan burung dan ada pula yang berisi air.
Mengamati burung liar (bird watching) adalah lumrah dan bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ketimbang memenjarakan burung di dalam sangkar, lebih baik berikan kebebasan dan cukup pikat mereka dengan pakan dan air. Sebagai balasan, penghuni rumah mendapatkan pemandangan lestari serta ciutan merdu tepat di halaman depan. Suatu hal yang langka, apalagi di kota urban.
Pakan burung dan bukan air soda |
Apa hasilnya seminggu pertama? Duh, nihil. Namanya juga usaha!
Tadinya saya curiga pakan biji-bijian kurang menarik burung gereja di Jakarta. Sebelum mengganti jenis pakan, saya coba jalan lain: letakkan wadah di dasar, jangan digantung.
Suasana dari balik jendela kamar di Jakarta |
Setiap burung punya karakteristiknya sendiri. Burung Leeds jelas berbeda dengan burung Jakarta!
Bagi yang berminat melakukan hal serupa, ditunggu pengalaman dan tipsnya, ya!
Label:
Burung Liar,
Inspirasi,
Jakarta,
Leeds,
Pengalaman,
UK
Selasa, Juni 16, 2015
Kartu Pos
Metode komunikasi lewat kartu pos punya keunikan tersendiri. Ia antik secara fisik maupun konten. Ia memiliki gambar di satu sisi dan kolom tulisan personal di sisi lainnya. Di situ selain isi pesan yang terbaca secara eksplisit, ada guratan tinta yang bersifat implisit. Tak jarang ada kata yang dicoret yang menunjukkan pembetulan kesalahan. Ingat, tidak ada tombol backspace! Emotikon berekspresi dan bisa lepas dari pakem. Tak lupa ada prangko beserta cap kantor pos setempat yang biasanya terletak di pojok kanan atas.
Kartu pos tidak sampai dalam sekejap. Sejauh mana manusia berekspektasi sembari mengelola kekhawatiran?
Kartu pos tidak sampai dalam sekejap. Sejauh mana manusia berekspektasi sembari mengelola kekhawatiran?
Jumat, Mei 15, 2015
Bersepeda ke Kantor
Ilustrasi Bersepeda. |
1. Hujan
Mikail sepertinya lebih bersemangat ketika bekerja di daerah tropis. Ketika hujan lebat, sejauh ini mobil masih berada di peringkat pertama. Intinya, tidak ada yang suka menjadi basah ketika harus mulai bekerja.
2. Perkerasan Jalan
Lagi-lagi mobil bisa dinobatkan sebagai moda yang paling unggul. Lubang kecil di jalan tidaklah berarti buat kendaraan roda empat tapi bisa begitu menyengsarakan buat sepeda. Jumlah dan ketebalan ban mobil membuatnya unggul ketimbang sepeda. Ketidakrataan permukaan jalan dan polisi tidur juga menjadi isu buat sepeda.
3. Gembok Pengaman
Kryptonite, salah satu merek terkenal untuk gembok pengaman sepeda. |
4. Parkir
Parkir sepeda di kantor saya (Recapital Building). |
5. Kualitas Udara
Masker dan lampu (depan dan belakang) merupakan barang yang sebaiknya dimiliki pesepeda. Helm dan kacamata merupakan opsional. |
6. Tempat Menaruh Barang
Sepeda membutuhkan aksesoris tambahan berupa rak atau tas khusus (pannier) untuk menaruh barang bawaan. Saya sebisa mungkin menghindari pemakaian tas punggung ketika bersepeda rutin ke kantor. Efek jangka panjangnya adalah sakit punggung karena beban repetisi.
Menggunakan rak depan (Kanga Rack) adalah pilihan yang tepat agar punggung terbebas dari beban selama bersepeda. |
7. Mandi
Recapital Building menyediakan shower beserta air hangat. |
8. Teman Bicara
Anda bisa mengobrol dengan teman atau pasangan Anda sepanjang perjalanan ketika menggunakan mobil, sepeda motor, atau bus. Sepeda? Opsinya ada dua: membonceng teman Anda atau mengobrol dengan sama-sama menggunakan sepeda secara beriringan. Keduanya bukan ide yang baik.
*
Dengan segala faktor di atas, mengapa seorang harus bersepeda ketika moda lain (terutama mobil) menawarkan kenyamanan ekstra?
Label:
Hobi,
Opini,
Pengalaman,
Sepeda,
Transportasi
Kamis, Mei 07, 2015
Sepeda Listrik: Sebuah Moda Transisi
Gambar 1 Ilustrasi Sepeda Listrik Sumber gambar |
Pembukaan
Sepeda
konvensional hanya menggunakan tenaga
yang berasal dari kayuhan kaki. Tenaga tambahan bisa diberikan lewat teknologi
kelistrikan sehingga menjadikan sepeda sebagai moda transportasi hibrida. Sepeda
listrik memudahkan penggunanya untuk menempuh medan berbukit dan perjalanan
lebih jauh tanpa harus berkeringat banyak. Adam Burvill, dalam tulisannya yang
berjudul The Grin Technologies Basics
Ebike Guide (2003), sepeda listrik terdiri dari empat komponen dasar: motor
elektrik, alat pengontrol, tuas gas atau sensor kayuhan, dan baterai. Tulisan
ini akan membahas perkembangan sepeda listrik terkait dengan implikasinya dalam
penerapan kebijakan transportasi.
Perkembangan Sepeda Listrik
Cherry dan
Cervero dalam jurnalnya yang berjudul Use characteristics and mode choice behavior of electric bike users in
China (2007)
menyebutkan bahwa penjualan sepeda elektrik di Cina meningkat dari 40.000 pada
tahun 1998 menjadi 10 juta pada tahun 2005. Menurut Cherry dkk dalam jurnal Comparative environmental impacts of electric bikes
in China (2009), hingga
saat ini terdapat lebih dari 50 juta sepeda listrik di Cina. Pertumbuhan yang
sangat pesat ini tidak lepas dari perkembangan teknologi dan inovasi pada
baterai dan motor elektrik sebagai komponen utama sepeda listrik. Weinert dkk
dalam jurnal yang berjudul The future
of electric two-wheelers and electric vehicles in China (2008) menyatakan harga beserta berat
baterai dan motor elektrik dan infrastruktur pengisian ulang menjadi tantangan
utama dalam inovasi di bidang ini.
Fenomena sepeda
listrik mengharuskan pembuat kebijakan mengatur keberadaan moda yang relatif
baru dan semakin populer ini. Pemerintah pusat Cina melalui standar teknis
nasional (1999) dan peraturan transportasi jalan (2004) mengatur karakteristik
pembuatan sepeda listrik dan mengklasifikasikannya sebagai sepeda konvensional
sehingga pengendara tidak membutuhkan surat izin mengemudi ataupun helm ketika
berkendara. Negara-negara di Eropa memiliki peraturan serupa lewat pembatasan
daya, kecepatan, dan berat sepeda. Pada umumnya, daya sepeda listrik tidak
boleh melebihi 250 watt dengan kecepatan maksimal 20 mil per jam (sekitar 32
kilometer per jam). Namun, Weinert dkk mencatat dalam jurnal The transition to electric bikes in China: history
and key reasons for rapid growth
(2007) ada juga juga kota di dunia yang melarang penggunaan sepeda listrik
dengan alasan keselamatan seperti Fuzhou, Zhuhai, Guangzhou, dan Hong Kong.
Faktor Keselamatan, Dampak Lingkungan, dan Analisis Biaya
Sepeda
listrik hampir tidak bersuara ketika melaju. Hal ini yang seringkali menjadi
penyebab kecelakaan lalu lintas. Yao dan Xu menulis tentang keselamatan sepeda
listrik dan lalu lintas dalam jurnal Traffic
safety for electric bike riders in China (2012) dan melaporkan bahwa pada tahun 2004 terdapat 589
pengendara sepeda listrik yang tewas dan 5.295 lainnya terluka di Cina.
Statistik ini meningkat 5.4% pada tahun 2008. Isu keselamatan lainnya adalah
konflik dengan pejalan kaki dan pembagian jalur sepeda dengan sepeda
konvensional.
Sepeda
listrik menghasilkan nol polusi udara selama melaju. Akan tetapi, perlu
dipahami dampak lingkungan harus ditinjau selama proses produksi, pemakaian,
dan pembuangan limbah. Cherry dkk yang fokus dalam dampak lingkungan pada jurnalnya
(2009) membuat tabel perbandingan emisi kendaraan.
Tabel 1 Perbandingan Tingkat Emisi Produksi dan Pemakaian
Kendaraan
Sepeda elektrik mengeluarkan gas rumah kaca yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mobil dan sepeda motor. Jika dibandingkan dengan sepeda konvensional dan bus sebagai dua moda transportasi yang paling efisien, sepeda listrik memiliki tingkat emisi yang lebih tinggi untuk beberapa jenis polutan terutama timbal (Pb) sebagai bahan baku baterai. Terlepas dari itu, dapat disimpulkan bahwa sepeda listrik bisa berkompetisi dengan baik dari segi lingkungan.
Sepeda elektrik mengeluarkan gas rumah kaca yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan mobil dan sepeda motor. Jika dibandingkan dengan sepeda konvensional dan bus sebagai dua moda transportasi yang paling efisien, sepeda listrik memiliki tingkat emisi yang lebih tinggi untuk beberapa jenis polutan terutama timbal (Pb) sebagai bahan baku baterai. Terlepas dari itu, dapat disimpulkan bahwa sepeda listrik bisa berkompetisi dengan baik dari segi lingkungan.
Rose, dalam
jurnal E-bikes and urban
transportation: emerging issues and unresolved questions (2012), berpendapat bahwa untuk saat
ini baterai tipe timbal (SLA/Sealed
Lead-Acid) masih tergolong murah, terjangkau, dan memiliki umur yang
panjang. Kekurangan dari baterai SLA terletak pada kapasitas energi yang rendah
dan cenderung mencemari lingkungan pasca pemakaian walaupun tidak mudah untuk
dihitung besarannya. Baterai ion lithium memiliki prospek sebagai pengganti baterai
SLA karena memiliki kerapatan energi yang lebih tinggi dan lebih ramah
lingkungan. Pengembangan dan inovasi baterai ion lithium dapat mengurangi biaya
produksi karena saat ini bisa 3-4 kali lebih mahal daripada baterai SLA.
Tabel 2 Analisis Biaya
Tabel di atas dimuat di dalam jurnal The transition to electric bikes in China: history and key reasons for rapid growth (2007) karya Weinert dkk. Dari segi biaya, sepeda listrik menempati urutan kedua termurah setelah sepeda konvensional. Bus sebagai angkutan massal berada di urutan ketiga dan merupakan opsi terbaik apabila tidak memiliki kendaraan pribadi. Biaya per tahun untuk sepeda motor dan mobil bisa melonjak hingga 3 dan 10 kali lipat jika dibandingkan dengan sepeda listrik. Selain biaya kendaraan itu sendiri, bensin sebagai bahan bakar yang menjadikan biaya per tahun untuk sepeda motor dan mobil membengkak.
Tabel di atas dimuat di dalam jurnal The transition to electric bikes in China: history and key reasons for rapid growth (2007) karya Weinert dkk. Dari segi biaya, sepeda listrik menempati urutan kedua termurah setelah sepeda konvensional. Bus sebagai angkutan massal berada di urutan ketiga dan merupakan opsi terbaik apabila tidak memiliki kendaraan pribadi. Biaya per tahun untuk sepeda motor dan mobil bisa melonjak hingga 3 dan 10 kali lipat jika dibandingkan dengan sepeda listrik. Selain biaya kendaraan itu sendiri, bensin sebagai bahan bakar yang menjadikan biaya per tahun untuk sepeda motor dan mobil membengkak.
Regulasi di Indonesia dan Kesimpulan
Belum ada
peraturan yang secara eksplisit mengatur eksistensi sepeda listrik di
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang kendaraan hanya
menjabarkan aplikasi motor listrik pada sepeda motor tanpa adanya spesifikasi
atau batasan yang jelas. Sepeda listrik belum populer di Indonesia, tetapi
bukan tidak mungkin penggunaannya bisa meroket di masa depan sebagai moda
pengganti sepeda motor atau mobil untuk kegiatan sehari-hari berjarak dekat
hingga menengah.
Cherry dan
Cervero yang fokus meneliti karakteristik pengguna sepeda listrik (2007)
menyimpulkan bahwa dalam rangka membuat kebijakan sepeda listrik, dibutuhkan
pemahaman yang dalam mengenai siapa penggunanya, bagaimana mereka akan
menggunakannya, dan moda apa yang akan dipilih jika sepeda listrik tidak ada.
Pemahaman karakter pengguna dan lingkungan unik Indonesia ini penting sebagai
bahan pertimbangan sisi positif dan negatif dari sepeda listrik. Weinert dkk yang
melakukan studi tentang perkembangan pesat sepeda listrik di Cina (2007) menegaskan
sebagai moda transisi, kelemahan sepeda listrik bisa terus dimitigasi lewat
perkembangan teknologi, rekayasa lalu lintas, dan peraturan yang jelas dan
tegas dalam hal spesifikasi di jalan.
Kebijakan
berupa pelarangan bukan langkah tepat sebelum ada kajian yang komprehensif di
Indonesia yang mengatakan demikian. Kehadiran sepeda listrik dipastikan tidak
bisa menyelesaikan masalah mobilitas secara menyeluruh, tetapi sepeda listrik
bisa menjadi salah satu butir solusi permasalahan transportasi di Indonesia,
terutama di kota besar.
Referensi
Burvill, Adam. 2013. The Grin Technologies Basics
Ebike Guide. Grin Technologies Ltd.
*
Tulisan ini dibuat untuk Buletin Mata Garuda Edisi Mei 2015.
*
Tulisan ini dibuat untuk Buletin Mata Garuda Edisi Mei 2015.
Label:
Hobi,
Sepeda,
Sepeda Listrik,
Transportasi
Minggu, April 19, 2015
Kaku nan Lentur
Tadinya saya mengira sebuah keteraturan berarti sebuah kekakuan yang murni. Ternyata tidak selamanya begitu. Negosiasi masih bisa dilakukan dalam sebuah sistem yang teratur. Tulisan ini akan menceritakan dua pengalaman saya mengenai sisi lain dari jadwal yang teratur.
[Hull]
Perjalanan saya ke Hull dari Leeds bertujuan untuk membuat Visa Schengen di Konsulat Belanda. Semuanya serba terjadwal di UK dan kondisi ini memaksa warganya agar bisa mengondisikan kegiatannya dengan jadwal transportasi yang telah diatur. Saya memilih Megabus yang memang terkenal murah. Hull - Leeds pulang pergi hanya £2.00 (+£0.50 biaya administrasi)!
Setelah mendapatkan jadwal wawancara, saya lekas memilih waktu berangkat dan pulang. Semua pun berjalan lancar, teramat lancar bahkan. Saya menaruh faktor keamanan yang cukup tinggi sehingga sudah berada kembali di terminal bus Hull untuk pulang ke Leeds dua jam lebih awal. Bus Hull - Leeds selalu ada setiap jam. Saya dengan inisiatif ikut mengantre masuk bus. Saat tiket akan diperiksa oleh pengemudi, saya menjelaskan kasusnya.
"Sorry, my bus should be two hours from now but I've done my business here earlier than I thought. May I join this bus?"
"May I see your ticket, please? Very well then, get in"
Berkat sang pengemudi, saya tak perlu menunggu hingga dua jam di terminal. Lima hari kemudian Visa Schengen saya mendarat dengan selamat. Perjalanan ke Eropa dalam rangka menjalin kekerabatan dan bertualang tinggal menunggu waktu!
[Birmingham]
Tiga hari sebelum saya benar-benar pulang ke Indonesia, saya menyempatkan berjumpa dengan sahabat saya yang akan memulai studi di Birmingham. Lagi-lagi saya harus menyusun jadwal. Semua keteraturan jadwal ini sungguh memudahkan warga. Saya berangkat pagi dari Leeds, mengestimasi berapa jam di Birmingham untuk jalan-jalan, dan memilih jadwal pulang dari Birmingham. Kali ini naik kereta.
Semua berjalan lancar hingga petaka yang tidak biasa terjadi. Saya ketinggalan kereta! Sungguh ini bukan diri saya yang biasanya selalu terngiang dengan jadwal ke depan. Sahabat saya pun sampai heran. Saya berusaha tenang dan segera pergi ke stasiun. Saya menghampiri pusat informasi dan sang petugas memberikan penjelasan:
"There will be another train to Leeds about 15 minutes from now. Go to platform 9, ask the conductor whether you can ride that train. I don't know you have to pay additional fee or not and I can't guarantee the conductor will allow you"
Saya berlari ke peron 9 sembari mencari sosok pria yang wujudnya kira-kira adalah seorang masinis.
"Sorry, are you the conductor of this train?"
"Yes, how can I help you?"
"I missed my train to Leeds. I'd be very happy if I can go to Leeds with this train. Here's my ticket"
"No problem! Get into the train!"
"Do I have to pay some additional pounds?"
"No worries, just hop into the train"
"One more thing, where can I take a seat?"
"Choose wherever empty seat"
Saat hendak turun di Leeds, saya terlebih dahulu ke gerbong paling depan untuk mengucapkan rasa terima kasih.
"I'm off here. Thank you for your kindness. God bless you!"
"Don't mention it"
Terima kasih, Pak! Pelajaran buat saya agar bisa mengatur jadwal lebih baik lagi!
[Hull]
Perjalanan saya ke Hull dari Leeds bertujuan untuk membuat Visa Schengen di Konsulat Belanda. Semuanya serba terjadwal di UK dan kondisi ini memaksa warganya agar bisa mengondisikan kegiatannya dengan jadwal transportasi yang telah diatur. Saya memilih Megabus yang memang terkenal murah. Hull - Leeds pulang pergi hanya £2.00 (+£0.50 biaya administrasi)!
Setelah mendapatkan jadwal wawancara, saya lekas memilih waktu berangkat dan pulang. Semua pun berjalan lancar, teramat lancar bahkan. Saya menaruh faktor keamanan yang cukup tinggi sehingga sudah berada kembali di terminal bus Hull untuk pulang ke Leeds dua jam lebih awal. Bus Hull - Leeds selalu ada setiap jam. Saya dengan inisiatif ikut mengantre masuk bus. Saat tiket akan diperiksa oleh pengemudi, saya menjelaskan kasusnya.
"Sorry, my bus should be two hours from now but I've done my business here earlier than I thought. May I join this bus?"
"May I see your ticket, please? Very well then, get in"
Berkat sang pengemudi, saya tak perlu menunggu hingga dua jam di terminal. Lima hari kemudian Visa Schengen saya mendarat dengan selamat. Perjalanan ke Eropa dalam rangka menjalin kekerabatan dan bertualang tinggal menunggu waktu!
Gini Arimbi dan Agnindhira di Delft |
Dhimas Satria di Munich |
[Birmingham]
Tiga hari sebelum saya benar-benar pulang ke Indonesia, saya menyempatkan berjumpa dengan sahabat saya yang akan memulai studi di Birmingham. Lagi-lagi saya harus menyusun jadwal. Semua keteraturan jadwal ini sungguh memudahkan warga. Saya berangkat pagi dari Leeds, mengestimasi berapa jam di Birmingham untuk jalan-jalan, dan memilih jadwal pulang dari Birmingham. Kali ini naik kereta.
Semua berjalan lancar hingga petaka yang tidak biasa terjadi. Saya ketinggalan kereta! Sungguh ini bukan diri saya yang biasanya selalu terngiang dengan jadwal ke depan. Sahabat saya pun sampai heran. Saya berusaha tenang dan segera pergi ke stasiun. Saya menghampiri pusat informasi dan sang petugas memberikan penjelasan:
"There will be another train to Leeds about 15 minutes from now. Go to platform 9, ask the conductor whether you can ride that train. I don't know you have to pay additional fee or not and I can't guarantee the conductor will allow you"
Saya berlari ke peron 9 sembari mencari sosok pria yang wujudnya kira-kira adalah seorang masinis.
"Sorry, are you the conductor of this train?"
"Yes, how can I help you?"
"I missed my train to Leeds. I'd be very happy if I can go to Leeds with this train. Here's my ticket"
"No problem! Get into the train!"
"Do I have to pay some additional pounds?"
"No worries, just hop into the train"
"One more thing, where can I take a seat?"
"Choose wherever empty seat"
Saat hendak turun di Leeds, saya terlebih dahulu ke gerbong paling depan untuk mengucapkan rasa terima kasih.
"I'm off here. Thank you for your kindness. God bless you!"
"Don't mention it"
Adrian Firdaus di Birmingham |
Minggu, Februari 08, 2015
Kala di Bukit
Kota Bandung memiliki bentuk layaknya mangkuk raksasa. Hal ini adalah kabar baik buat mereka yang mendapatkan ketenangan melalui pemandangan di atas bukit. Pada kenyataannya, sewaktu masih berstatus mahasiswa, saya sering menepi sendiri ke dataran tinggi hanya untuk duduk di atas rumput, memejamkan mata, mengosongkan pikiran, dan bernapas panjang. Saya butuh dan teramat rindu dengan suasana seperti itu.
Sesekali saya butuh kabur dari rutinitas gaduh dan bising di tengah kota. Mal atau kafe cantik yang kini menjamur tidak akan bisa menggantikan rasa damai di atas sana. Pasti masih banyak tempat cantik yang bisa dijelajah, terutama dengan jalan kaki. Tetaplah lestari karena saya akan ke sana lagi dan menjelajah tempat baru yang tentunya syahdu.
Sesekali saya butuh kabur dari rutinitas gaduh dan bising di tengah kota. Mal atau kafe cantik yang kini menjamur tidak akan bisa menggantikan rasa damai di atas sana. Pasti masih banyak tempat cantik yang bisa dijelajah, terutama dengan jalan kaki. Tetaplah lestari karena saya akan ke sana lagi dan menjelajah tempat baru yang tentunya syahdu.
Jumat, Januari 16, 2015
Umpan Balik
Saya lebih dari beruntung karena berkesempatan mengikuti sebuah acara yang bernama Talent Assessment yang diselenggarakan oleh LPDP. Mengapa beruntung? Karena saya termasuk gelombang pertama yang berangkat dan menyelesaikan studi. Dengan kata lain, acara yang dikhususkan untuk alumni LPDP ini masih terbuka lebar tanpa seleksi karena jumlah alumninya masih terbilang sedikit, yakni 96 orang.
Melalui pelatihan ini, peserta diberikan materi tentang perencanaan karier. Hal ini cocok sekali dengan saya yang tepat akan memulai kembali perjalanan karier setelah satu tahun di Leeds. Sesi yang paling saya nikmati bernama 720 Degree Feedback. Dalam sesi ini, peserta diminta menjawab tujuh butir pertanyaan. Setelah itu, pertanyaan yang sama ditanyakan ke lima rekan terdekat. Berikut adalah daftar pertanyaannya:
Setiap orang memiliki lingkar terdekatnya. Saya pun menanyai orang-orang terdekat saya via media Whatsapp. Hasilnya menarik. Apa yang menjadi persepsi saya belum tentu sama dengan apa yang dipersepsikan orang lain. Hal ini menjadi penting sebagai bahan refleksi diri sekaligus mengarahkan personal branding (duh, maaf saya bingung padanan kata yang sesuai) yang ingin saya bangun.
Bisa dibilang saya terpaksa menanyakan ini karena menjadi peserta pelatihan. Saran saya, cobalah tanyakan hal serupa ke lingkar terdekat Anda. Selain mendapat masukan yang positif, Anda pasti tersadar bahwa Anda memiliki lingkar yang senantiasa mendukung Anda. Itu yang dibutuhkan. Dan itu menyenangkan!
Melalui pelatihan ini, peserta diberikan materi tentang perencanaan karier. Hal ini cocok sekali dengan saya yang tepat akan memulai kembali perjalanan karier setelah satu tahun di Leeds. Sesi yang paling saya nikmati bernama 720 Degree Feedback. Dalam sesi ini, peserta diminta menjawab tujuh butir pertanyaan. Setelah itu, pertanyaan yang sama ditanyakan ke lima rekan terdekat. Berikut adalah daftar pertanyaannya:
- What are my strongest human qualities?
- What should I pursue as a career?
- What career I should NOT pursue?
- What is my career potential: difficulties, limitations or problems?
- What are my lifestyle strengths?
- What are my lifestyle weaknesses, or things that should be developed?
- What personal advice would you give to me?
Setiap orang memiliki lingkar terdekatnya. Saya pun menanyai orang-orang terdekat saya via media Whatsapp. Hasilnya menarik. Apa yang menjadi persepsi saya belum tentu sama dengan apa yang dipersepsikan orang lain. Hal ini menjadi penting sebagai bahan refleksi diri sekaligus mengarahkan personal branding (duh, maaf saya bingung padanan kata yang sesuai) yang ingin saya bangun.
Bisa dibilang saya terpaksa menanyakan ini karena menjadi peserta pelatihan. Saran saya, cobalah tanyakan hal serupa ke lingkar terdekat Anda. Selain mendapat masukan yang positif, Anda pasti tersadar bahwa Anda memiliki lingkar yang senantiasa mendukung Anda. Itu yang dibutuhkan. Dan itu menyenangkan!
Langganan:
Postingan (Atom)